5 Hal yang Nggak Boleh Dilakukan Saat Orde Baru

Cover_5 Hal yang Nggak Boleh Dilakukan Saat Orde Baru

Pernahkah kamu melihat meme Jenderal Soeharto sambil tersenyum bilang: “Piye Kabare? Masih Enak Zamanku toh?” Nah, kamu salah banget kalau mengira era Orde Baru lebih enak dibandingkan saat ini, terutama dalam kebebasan berekspresi bagi anak muda. Karena, ada banyak hal yang seru dan asik yang justru nggak boleh dilakukan anak muda di era itu. Apa saja misalnya?

Nggak Boleh Gondrong!

Budaya hippies yang lahir pada era 1960-an membawa pengaruh yang tidak sedikit ke Indonesia. Banyak anak muda kala itu yang berusaha meniru perilaku dengan menggunakan simbol-simbol dari budaya hippies, seperti berambut gondrong atau menggunakan busana longgar dengan warna-warna yang mencolok. Melihat tren tersebut, pemerintah kemudian menganggap rambut gondrong bertentangan dengan kepribadian nasional. Akhirnya, dilakukan razia hingga denda pada anak muda yang berambut gondrong. Bahkan, saking paranoidnya dengan rambut gondrong, pemerintah membentuk Bakoperagon (Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong)!

Kegiatan Mahasiswa Dibatasi

Pada 1978, pemerintah menetapkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan atau yang lebih dikenal dengan NKK/BKK. Melalui NKK/BKK, pemerintah Orde Baru mengarahkan mahasiswa hanya pada kegiatan akademik dan menjauhkan mereka dari aktivitas politik karena dinilai dapat membahayakan posisi Orba. Tak cukup sampai di situ, pemerintah juga memberi keleluasaan Rektorat untuk menentukan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.

Cuma Boleh Baca Buku Tertentu

Tahukah kamu bahwa selama 32 tahun berkuasa, rezim Orde Baru telah melarang lebih dari 2.000 judul buku! Larangan ini banyak terjadi pada buku-buku bertema gerakan kiri. Novel tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yang bercerita tentang sejarah awal pergerakan nasional dan pers di Indonesia, juga turut dilarang. Ada banyak juga buku-buku dan publikasi lainnya yang dilarang oleh pemerintah Orde Baru karena dianggap ‘mengancam ketertiban umum’.

Kritis sama Pemerintah

Bersikap kritis sama kebijakan pemerintah di era Orde Baru bakal bikin kita berhadapan langsung sama aparat, tak hanya itu kita juga bisa tiba-tiba diculik dan dihilangkan paksa seperti yang terjadi pada Wiji Thukul atau aktivis lain.

Tatoan? Awas Ditembak!

Pada periode tahun 1981-1985 diadakan operasi pembasmian gali (gabungan anak liar) atau preman. Operasi ini menyasar para preman yang saat itu dengan cara menembak mati dan membiarkan mayatnya sampai ditemukan warga, agar menimbulkan efek jera. Operasi ini juga menyasar orang bertato karena dianggap identik dengan preman, sehingga banyak dari mereka yang bersembunyi hingga menghapus tato yang mereka miliki.

Mau tahu lebih banyak tentang apa-apa saja yang dilarang di era Orde Baru? Kamu bisa baca lebih banyak di bab “Beda Itu (Tidak) Biasa” di buku Yang Kelewat di Buku Sejarah, di sini.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content