Workshop Analisis Sosial, Media Aksesibel, dan Konten Inklusif
Terhitung dari tanggal 1 hingga 5 Februari 2020, SAPDA Yogyakarta mengadakan pelatihan analisis sosial berbasis media dan bagaimana menciptakan media yang aksesibel dan inklusif. Pelatihan ini diikuti oleh 12 peserta remaja difabel dan non-difabel dari Jember dan Kulon Progo. Pelatihan yang difasilitasi oleh Yerry Niko Borang dari EngageMedia ini bertujuan untuk mengenalkan konvergensi media dan bagaimana memproduksi media yang ramah dengan audience yang beragam.
Pelatihan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana proses penciptaan media yang lebih inklusif dan dapat dinikmati oleh semua kalangan melalui konsep konvergensi media. Para peserta nantinya akan mampu memproduksi beragam media (visual, audio, audio-visual, multimedia, dan media realita) dan mengintegrasikannya dengan pemahaman inklusifitas.
Pelaksaan pelatihan selama 5 hari ini berjalan dengan interaktif dan kondusif dimana para peserta tidak hanya menerima materi dalam bentuk konsep dan teori namun juga penerapan langsung dalam proses pembuatan media inklusif. Beberapa produk yang dihasilkan diantaranya adalah foto dan video yang materinya disusun dengan menerapkan ide-ide sederhana di sekitar mereka. Namun pelatihan ini tidak hanya tentang konsep dan praktik pembuatan medianya saja, pelatihan ini juga menyampaikan berbagai strategi terkait proses penyebaran informasi dan media yang telah diproduksi. Harapannya adalah agar para peserta mampu secara aktif berkreasi dan berinteraksi dengan masyarakat luas terkait berbagai topik melalui media ciptaan mereka.
Hal lain yang menjadi salah satu bagian menarik dalam pelatihan ini adalah proses pemilihan konten yang lebih dekat dengan trend yang sering ditemui di dunia maya. Salah satunya adalah konten dalam bentuk Meme (/mēm/ ; baca: mim) yang merupakan konsep pembuatan konten yang dikemas dengan santai dan cenderung humoris. Teknik ini akrab digunakan oleh netizen saat ini terutama para generasi muda. Melalui media Meme ini, konten-konten yang kaku dapat dikemas dengan santai dan lebih mudah dipahami oleh audience secara luas.