Di Desa Oekiu, Sumur Kering Jadi Sumber Hidup
Penulis : Ifan Tenistuan
Jupiter A. Tenistuan (61) tak menyangka kegagalannya akan berbuah manis. Upayanya menggali sumur untuk kebutuhan keluarganya di tahun 2003 gagal. Namun kegagalan itu justru berujung manis ketika sumur tak berair yang di gali justru berubah menjadi penampungan air hujan yang mampu memenuhi kebutuhan air bersih keluarganya selama setahun
Jupiter sedang menggali sumur. Foto : Armin Septiexan
Desa Oekiu di Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS sangat terkenal karena kekeringannya. Curah hujan yang hanya berkisar tiga bulan menyebabkan desa ini setiap tahun selalu di landa kekeringan. Kondisi tanah yang umumnya tanah liat (bobonaro clay) menyebabkan air hujan tidak meresap dengan baik kedalam tanah. Di saat musim penghujan, mata air muncul di mana-mana sedangkan di musim kemarau kekeringan melanda desa ini.
Musim panas adalah derita bagi warga Desa Oekiu. Di desa ini memang terdapat dua mata air, namun dengan debit air yang sangat kecil yaitu 0,6 liter per menit, warga akan memperebutkaan air bersih maupun air untuk kebutuhan ternak. “Musim kemarau banyak ternak yang mati karena air tidak cukup untuk ternak,” kata Jupiter.
Ibu-ibu mengambil air di Desa Oekiu. Foto : Armin Septiexan
Masyarakat terpaksa membeli air atau mengantri air di kedua mata air ini. Bagi yang mempunyai uang biasanya membeli air per tangki seharga Rp. 300 ribu, sedangkan yang tidak mempunyai cukup uang akan membeli air di jerycan 20 liter seharga Rp. 5.000. “Yang tidak punya uang sama sekali yang antri sudah di mata air selama semalaman,” kata Jupiter.
Kini, berkat penemuan yang tak di sengaja oleh Jupiter, Pemerintah Kabupaten TTS telah menjadikan Desa Oekiu sebagai Desa Pembelajaran Sumur Injeksi.
Kelompok tani yang terdiri dari ibu-ibu desa merencanakan dan membicarakan pentingnya sumur injeksi masuk dalam program desa
Pada tahun 2003, Jupiter berkeinginan memiliki sumur sendiri di pekarangan rumahnya. Jupiter berinisiatif menggali sumur yang dibantu oleh sang penggali sumur yang di datangkan dari luar desa (dari Rote) karena di desa Jupiter tidak ada ahli penggali sumur, sumur yang rencananya di gali tepat berada di samping rumah Jupiter ± 4 meter dengan harapan mendapatkan sumber air bersih.
Mensiasati kegagalan tersebut, Jupiter mendapatkan ide yaitu menjadikan sumur yang gagal tersebut menjadi bak penampungan air hujan
Pada waktu proses penggalian sudah mencapai hingga kedalaman 24 meter namun tidak mendapatkan sumber air, sehingga Jupiter memutuskan untuk sang penggali tidak melanjutkan penggalian karena peralatan sang penggali sumur yang seadanya dan ketakutan akan hal buruk yang bisa saja mencelakai sang penggali sumur tersebut.
“Saya takut longsor saat dia sementara gali, saya suruh dia berhenti gali,” kata Jupiter.
Landskap desa Oekiu. Foto : Armin Septiexan
Jupiter bersama istri mengambil air di Sumur Injeksi. Foto : Armin Septiexan
Musim hujan yang begitu cepat yakni bulan November – Februari dan pada bulan Maret – April intensitas hujan mulai menurun, hal tersebut menyebakan kandungan air dalam tanah sangat sedikit sehingga menggali sumur untuk mendaptakan air bersih di desa Oekiu sangat sulit, kondisi tersebut memaksa masyarakat yang ekonomi lemah di desa Oekiu harus berjalan 5-6 Km untuk mendaptakan air bersih.
Pipa menuju sumur injeksi. Foto : Armin Septiexan
Program Partners for Resilience (PfR) masuk ke Desa Oekiu tahun 2011 program tersebut merupakan kerja sama antara CARE Internasional dan CIS Timor dan melihat upaya baik yang telah di lakukan oleh Jupiter untuk mendorong upaya ini bisa di replikasi oleh pemerintah desa melalui kebijakan program-program desa. Upaya ini disebut warga desa Oekiu sebagai sumur penampung air hujan, namun setelah masuknya Program PfR, maka istilah sumur penampung air hujan di ganti menjadi sumur injeksi (injection wells).
Sebagai mantan Kepala Desa selama 24 tahun dan ketua tokoh adat di Desa Oekiu, Jupiter cukup mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi kebijakan desa. Namun muncul tantangan pertama yang dihadapi adalah rasa keraguan dari pihak Pemerintah Desa karena upaya ini masih baru dan belum banyak warga yang memakai sumur penampungan air hujan tersebut.
Jupiter menjelaskan pentingnya sumur injeksi kepada warga. Foto : Armin Septiexan
Jupiter bersama warga desa Oekiu berpose bersama. Foto : Armin Septiexan
Diplomasi Jupiter dengan masuk dalam Tim 11 sebagai Tim penyusun RPJMDes dan dukungan dari Program PfR ternyata dapat membuahkan hasil dan dapat didanai lewat anggaran Dana Desa sehingga menghasilkan 30 sumur injeksi pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 jumlahnya di naikan menjadi 45 buah, di tahun 2017 dibangun 18 buah dan pada 2018 dibangun 16 buah, di tahun 2019 jumlah sumur injeksi yang dibangun sebanyak 9 buah pembagian sumur ini secara merata pada tahun 2015 setiap RT (Rukun Tetangga) mendapatkan 2 buah, yang mana Desa Oekiu mempunyai 15 RT di tahun 2016 dinaikan setiap RT mendapatkan 3 buah, di tahun 2017 dan 2018 jumlahnya berkurang karean alokasi dana desa di prioritaskan kepada rumah sosial dan jalan desa sehingga sangat berpengaruh pada jumlah sumur penampungan air hujan. Dana yang di anggarkan untuk pembangunan sumur injeksi adalah ± Rp. 5.000.000.00.-***