Jumat 28 Agustus 2020, Sesi Belajar Daring kembali dengan sesi #4 bersama 3 organisasi dari jaringan Indonesia Inklusi yaitu Difabel Blora Mustika (DBM), Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa), dan Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS). Pada sesi belajar ini, ketiga organisasi bercerita tentang bagaimana peran orang muda dalam meningkatkan kesadaran dan menghapus stigma, khususnya ketika bekerja dengan kelompok rentan. Secara spesifik, ketiga organisasi ini telah aktif bekerja dengan kelompok difabel di daerah masing-masing. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok target.
Lia Hikmatul Maula dan Siti Muntarin dari DBM menjelaskan bagaimana proses pemberdayaan kelompok difabel di Blora yang dilakukan oleh DBM. Lia menjelaskan bahwa proses ini dilakukan dua arah yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan dengan masyarakat umum dan difabel bersama-sama melalui forum. Forum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas keberadaan kelompok difabel dan Orang Yang Pernah Mengalami kusta (OYPMK). Kegiatan forum ini diikuti juga oleh pemerintah desa dan daerah dengan tujuan untuk advokasi pada kebijakan. Selain itu, DBM juga bersama dengan kelompok difabel menginisiasi kelompok Perempuan Difabel. Kelompok ini aktif mengajak para perempuan difabel dan memberikan pelatihan serta kegiatan peningkatan kapasitas agar para perempuan ini dapat berdaya.
Kegiatan pemberdayaan secara partisipatif ini juga dilakukan oleh PerMaTa bersama kelompok difabel dan OYPMK di Sulawesi Selatan. PerMaTa secara aktif memberikan pelatihan kepada pemuda OYPMK dan kelompok untuk memberantas buta huruf. Pelatihan ini didasari dari hasil penilaian kebutuhan disabilitas dan perempuan serta pemuda OYPMK. Selain itu, PerMaTa juga aktif dalam memberikan bantuan-bantuan langsung kepada kelompok difabel dan OYPMK. Rahmawati dari PerMaTa menceritakan bagaimana stigma masyarakat terhadap kelompok OYPMK ini menjadi salah satu tantangan terbesar. Dari terminologi kusta dalam bahasa Makasar yaitu “Kandala” telah membatasi masyarakat untuk dapat berinteraksi secara inklusif dengan OYPMK.
Stigma juga dialami oleh kelompok difabel lainnya. Lily Puspitasari dari PJS menjelaskan bagaimana kelompok difabel psikososial menjadi salah satu kelompok rentan dan sangat terdampak dari adanya stigma di masyarakat. Lily menerangkan bahwa kelompok difabel psikososial ini merupakan kelompok “Invisible Disability” dimana kondisi difabel nya tidak nampak secara kasat mata apabila dibandingkan dengan kelompok difabel lainnya. Kondisi ini membuat proses interaksi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi kelompok difabel psikososial. Hal ini berdampak pada semakin terbatasnya peluang bagi kelompok difabel psikososial dalam mengakses hak-hak mereka.
Selain itu, ketiga organisasi ini juga membahas beragam strategi yang mereka gunakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok difabel dan OYPMK melalui pemberdayaan finansial dan sosial. Untuk lebih lengkapnya, silahkan cek video Sesi Belajar Daring #4 berikut
Salam inklusif!