Apa yang terjadi jika seorang jawara silat harus menghadapi kenyataan bahwa padepokan silat yang ia warisi secara turun menurun terancam berhenti di dirinya? Inilah dilema yang dihadapi sosok Babeh Dadang, tokoh dalam pentas Nothing’s Gonna Change, ketika anak-anaknya tumbuh berkembang tidak sesuai dengan norma-norma gender laki-laki dan perempuan.
Nothing’s Gonna Change merupakan karya kolaboratif yang dilakukan Sanggar Seroja dengan sutradara Joind Bayuwinanda. Naskah yang awalnya diciptakan Joind Bayuwinanda di tahun 2016 dengan judul lakon “Hayal” ini berganti judul menjadi Nothing’s Gonna Change dan menggali kisah seputar perjuangan anak-anak dari kelompok ragam minoritas gender dan penerimaan orangtua.
Babeh Dadang, jawara dan pemilik padepokan silat di Tanah Betawi, sejak dulu mendamba punya anak lelaki yang diharap akan menjadi penerusnya. Benar saja, setelah ia menikah, ia dikaruniai anak-anak lelaki. Tetapi, realita ternyata berbeda dari ekspektasi serta rencana Babeh Dadang. Tak satu pun dari mereka punya minat pada dunia persilatan. Ada yang mendamba untuk menjadi penyanyi, perancang busana, aktivis, dan peragawati.
Lalu, apa yang terjadi? Alih-alih menerima keragaman buah hatinya, Babeh Dadang murka dan mengusir mereka satu per satu. Tapi takdir berkata lain. Seiring berjalannya waktu, anak-anaknya sukses merintis karir yang mereka perjuangkan, sedangkan si Babeh dirundung rindu dan rasa bersalah.
Nothing’s Gonna Change diperankan oleh sembilan transgender dan satu pemeran laki-laki: Devi Bernadette, Joind Bayuwinanda, Wanty Soraya, Tatiana Kaldera, Donitta, Yara Syahrazad, Sherly Wijayanto, Mama Atha, Metha Guritha, dan Nuke Herawati. Pementasan berlangsung pada hari Jumat, 29 September 2023 di Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Barat. Pementasan dibuka untuk umum dan mengundang berbagai aktivis sosial dari lintas isu, tokoh publik, akademisi, pelajar, dan pegiat teater.
Dengan mengangkat kisah ini, Nothing’s Gonna Change menunjukkan realita kehidupan transpuan yang kerap kali menghadapi pengusiran dari keluarga. Terlepas dari gender atau identitas apapun, bukankah semua orang pantas untuk mempunyai support system seperti keluarga yang menyayangi dan menerimanya? Potret dilema kehidupan transgender berhasil disajikan dengan balutan hiburan komedi satir dan kritik sosial ,agar penonton bisa terhibur sekaligus berefleksi merasakan kehidupan transgender yang mendapatkan banyak stigma dan diskriminasi dari masyarakat.
Diharapkan bahwa pementasan ini bisa membuka ruang kelompok transgender untuk berkarya dalam kesenian sekaligus membangun empati publik dalam mengentaskan stigma dan diskriminasi kepada kelompok transgender. Selain itu, upaya ini tentu tidak akan berhenti di satu pementasan saja.
Apakah kamu penasaran? Tenang, dokumentasi pementasan ini bisa diakses secara bebas melalui kanal Youtube Sanggar Seroja TV. Saksikan pementasannya di sini.