Sepanjang bulan Februari dan Maret 2014 , Pamflet mengumpulkan penulis muda dari berbagai latar belakang dan mengajak mereka menelaah budaya kritis di generasi mereka sendiri, serta mencari tahu apa yang sebenarnya bisa dilakukan untuk mengubah itu. Ragam pemikiran mereka mencoba untuk mengulas munculnya gejala-gejala yang membuat generasi pasca Reformasi keburu di-cap “apatis.”
Sulit memang, untuk mengelak dari kesimpulan menarik Jajak Pendapat Kompas, yang mengemukakan bahwa orientasi sikap anak muda kini didominasi oleh kepentingan dirinya sendiri (Kompas, 2011). Namun, kata kunci dari kalimat di atas adalah “keburu”. Bagi kami, ketimbang sekedar melempar kesalahan ke arah anak muda, atau menggunakan argumen mengawang serta sloganeering salah tempat untuk membakar semangat yang telah jauh berubah bentuk, jauh lebih menarik (dan produktif) untuk mencari akar permasalahan yang ada.
Pada edisi perdana newsletter ini, kami mengajak beberapa rekan dan teman untuk menawarkan observasi mereka tentang bagaimana keseharian membentuk apatisme kita, serta apa yang bisa dilakukan untuk membalikkan keadaan tersebut. Mulai dari film yang kita tonton, sampai informasi yang kita serap dari institusi pendidikan, media, dan budaya populer. Apakah keseharian kita justru, tanpa sadar, telah me-‘mati’kan sikap kritis kita?