“Emancipate youselves from mental slavery. None but ourselves can free ur minds. Won’t you
help to sing, the songs of freedom?” – Bob Marley
Lirik lagu yang cerdas mampu menyindir atau membahas persoalan sosial dan musik yangmudah diterima masyarakat dapat menjadi alat melakukan perubahan sosial. Sejarah beberapagenre musik juga penuh dengan semangat perubahan dan perlawanan. Lihat saja musik punk yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja di Inggris dulu. Kemudian punk pun dengan segera merambah Amerika Serikat yang kala itu mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa
dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Tak hanya punk, jazz pun sebenarnya terlahir justru dari kalangan kelas bawah. Jazz lahir atas konfrontasi kaum kulit hitam keturunan Afrika terhadap kaum kulit putih di Amerika. Orang kulit hitam pada waktu itu mengalami diskriminasi dalam bentuk upah yang rendah, minimnya perhatian negara pada mereka, sampai sulitnya mereka mendapat sarana hiburan. Selain itu, siapa yang tak kenal atau paling tidak mendengar lagu Bob Marley yang penuh dengan pesan- pesan kebebasan?
Di Indonesia sendiri musik juga sudah digunakan jadi alat perubahan dan kritik sosial. Coba deh teman-teman dengar lagu Iwan Fals seperti “Bongkar” yang menyindir pemerintahan Orde Baru yang korup, lagu soal guru berjudul “Umar Bakrie”, dan “Surat Buat Wakil Rakyat” yang isinya soal wakil rakyat yang tak becus bekerja. Slank juga tak jarang membuat lagu yang mengandung kritik sosial; antara lain “Hamburger” dan “Seperti Para Koruptor”. Ada juga Marjinal dengan lagu- lagu punk mereka yang kental gugatan sosial dan Efek Rumah Kaca yang lirik-liriknya dipenuhi dengan kegelisahan masyarakat.