Kami ingin mengucapkan Selamat Hari Perempuan Internasional untuk semua perempuan tangguh yang tidak takut mengejar mimpi!
Hari Perempuan Internasional diperingati di berbagai negara untuk merayakan pencapaian perempuan di bidang sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik. Peringatan ini juga mengajak perempuan dan laki-laki untuk bersama-sama merayakan dan menyatakan kesetaraan dalam tindakannya sehari-hari. Tentu saja, karena kesetaraan hak penting untuk diperjuangkan tidak hanya perempuan tetapi juga laki-kali.
Menurut sejarahnya, Hari Perempuan Internasional terinsiprasi dari aksi damai (long march) yang dilakukan lebih dari seabad yang lalu. Tepatnya pada Februari 1909 di sepanjang jalan kota New York. Sekitar 15.000 perempuan menuntut kenaikan gaji, pengurangan waktu kerja, dan hak untuk memilih dalam pemilu. Kemudian, pada 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Hari Perempuan Internasional dirayakan pada 8 Maret setiap tahunnya.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, perjuangan perempuan masih sangat relevan. Tahun lalu perempuan dari berbagai daerah di Amerika Serikat berbondong-bondong menuju Ibu Kota Washington D.C. untuk menyuarakan kegelisahannya atas kebijakan pemerintah seperti pengusiran imigran serta pernyataan presiden Donald Trump yang diskriminatif dan seksis. Tak hanya itu, mereka juga menginginkan persamaan ras, pengendalian senjata api, dan penghentian beberapa operasi pemerintah. Aksi damai itu dinamai Women’s March.
Untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, perempuan di Jakarta juga melakukan pawai yang disebut Women’s March Jakarta. Di tahun keduanya, aksi damai ini sudah direplikasi di beberapa daerah, seperti Malang, Yogyakarta, Bandung, Pontianak, Kupang, Sumba, dan Tondano. Meski begitu, masih ada saja orang yang berpendapat bahwa acara Women’s March di Indonesia hanya menjiplak acara serupa di Amerika Serikat yang tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Sebetulnya, banyak isu-isu relevan yang disuarakan perempuan pada Women’s March di Indonesia. Contohnya seperti kasus pernikahan anak yang masih tinggi, belum disahkannya Undang-Undang penghapusan kekerasan seksual, serta perluasan pasal zina dalam RKUHP (Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang dapat menjerat lebih banyak orang, terutama masyarakat miskin, orientasi beragam, serta minoritas.
Isu perempuan di berbagai sektor dapat dilihat dari beragamnya latar belakang perempuan yang melakukan pawai di Women’s March Jakarta Sabtu (3/3) lalu. Ada Jaringan Nasional Advokasi PEKERJA Rumah Tangga (Jala PRT), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), serta petugas pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Perempuan-perempuan ini membawa isu yang lebih spesifik seperti penghapusan diskriminasi terhadap perempuan penyandang disabilitas, pengesahan UU Pekerja Rumah Tangga, serta akses ke alat kontrasepsi bagi perempuan.
Lalu, bagaimana denganmu? Masih adakah isu yang ingin kamu sampaikan di Hari Perempuan Internasional ini?
Sumber:
https://www.voaindonesia.com/a/ribuan-peserta-ikuti-womens-march-di-kota-kota-amerika/4217181.html
https://www.usatoday.com/story/news/nation/2018/03/06/international-womens-day-thursday-heres-what-you-need-know/399925002/
https://www.vice.com/id_id/article/bj5kx3/deretan-makna-perjuangan-bagi-mereka-yang-terlibat-womens-march-di-indonesia
http://health.liputan6.com/read/3335992/jala-prt-kami-pekerja-bukan-pembantu