“This is not a political movement. It is the demand of all student and common people. We want a safe road, right judgment & a safe country”
Demikian ungkapan protes dari pelajar Bangladesh yang fotonya sempat viral di media sosial pada pertengahan Agustus kemarin. Protes yang dilakukan oleh ribuan pelajar Bangladesh yang keluar ke jalan-jalan utama Dhaka, Ibu Kota Bangladesh selama lebih dari satu minggu. Aksi protes ini dipicu oleh ledakan kemarahan pelajar setelah Abdul Karim Rajib dan Diya Khanam Mim, dua orang pelajar yang tewas tertabrak bus yang saling berlomba untuk mengejar target setoran.[1]
Para pelajar ini menuntut pemerintah untuk membuat regulasi mengenai keamanan berkendara di jalan umum. Tidak hanya melakukan aksi protes, para pelajar juga melakukan blokir jalanan dan menghentikan setiap kendaraan yang lewat untuk memeriksa kelayakan kendaraan tersebut dan izin berkendara setiap pengemudi.
Aksi ini sempat membuat jalan-jalan Dhaka lumpuh total. Hingga pada hari ketujuh demonstrasi pada pelajar mendapat serangan dari orang-orang yang diduga berasal dari partai yang sedang berkuasa. Selain itu, mereka juga diserang oleh polisi dengan menggunakan peluru karet dan gas air mata. Namun, bukannya meninggalkan jalanan, para pelajar justru semakin lantang meneriakkan “We want Justice!”.
Bangladesh dan Kecelakaan Lalu Lintas
Kasus kecelakaan lalu lintas di Bangladesh memang menjadi masalah yang terus berulang. Berdasarkan data dari The National Committee to Protect Shipping, Roads and Railways (NCPSRR), sebuah organisasi non pemerintah di Bangladesh, pada tahun 2017 terdapat 4.284 orang, termasuk 516 wanita dan 539 anak-anak, tewas dan 9.112 lainnya terluka dalam 3.472 kecelakaan di seluruh Bangladesh.[2]
Permasalahan ini tidak terlepas dari korupsi dan sistem pemerintahan yang buruk di Bangladesh. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pengemudi dapat memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) dengan memberi suap. Supir transportasi massal juga tidak mendapatkan pelatihan formal dari penyedia jasa transportasi. Selain itu penegakan hukum dan penertiban dari aparat kepolisian yang seharusnya bertanggung jawab terhadap ketertiban lalu lintas juga masih sangat lemah.
Kondisi transportasi yang sangat buruk dan kemarahan masyarakat ini memuncak dan menjadi aksi protes besar yang diorganisir oleh pelajar Bangladesh. Mereka yang memiliki kepekaan dan kemarahan bergerak secara terorganisir dan berani untuk turun ke jalan, melakukan protes dan melakukan apa yang tidak dilakukan oleh pemerintah dan aparat keamanan. Keresahan rakyat pekerja secara umum terhadap kemiskinan dan kesengsaraan yang mereka hadapi setiap harinya tersalurkan lewat energi kaum pelajar ini.[3]
Bangladesh Student Protest
Aksi protes besar di Bangladesh ini terjadi pada 29 Juli 2018 setelah bus menabrak halte yang berada di Airport Road, Dhaka. Kecelakaan ini menewaskan dua mahasiswa Shaheed Romijuddin Cantonment College dan melukai 12 orang lainnya. Tidak lama berselang ratusan mahasiswa turun ke jalan untuk menuntut keadilan atas insiden tersebut. Jabal-e-Nur Paribahan menjadi tersangka utama sebagai pengendara dari bus tersebut.
Setelah aksi protes pertama tersebut, aksi protes lain mulai menyebar di luar Dhaka.[4] Para pengunjuk rasa yang mayoritas pelajar memblokir jalan-jalan utama dan memeriksa kelengkapan dan kelayakan kendaraan di seluruh Bangladesh, serta meyatakan 9 tuntutan, yaitu:
Illias Kanchan, seorang actor film Bangladesh, aktivis keselamatan jalan dan pendiri kampanye Nirapad Sarak Chai, menyatakan solidaritasnnya dengan membuat rantai manusia di Dhaka pada 3 Agustus 2018.[5] Dua hari berselang, mahasiswa Dhaka University memblokir Shahbag Square dan menuntut Shahjahan, Anggota Parlemen Bangladesh dan presiden eksekutif Federasi Pekerja Transportasi Jalan Bangladesh untuk mengundurkan diri.
Setelah itu, massa aksi melanjutkan aksi di Science Lab. Square, namun aksi tersebut dihalangi oleh polisi dan dibubarkan dengan gas air mata. Puluhan pelajar menjadi korban dan beberapa wartawan dipukuli oleh aktivis pro-pemerintah dari Bangladesh Chhatra League.[6]
Pada 6 Agustus 2018, aksi protes diadakan di berbagai wilayah oleh pelajar swasta dan negeri. Namun, aksi ini dibubarkan kembali oleh polisi, di Dhaka, polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet. Sekitar 40 pelajar terluka dan 10 orang ditangkap di sekitar kampus.
Tidak hanya menggunakan kekerasan, pemerintah Bangladesh juga mematikan haringan internter seluler untuk mengatasi unjur rasa pelajar. Berdasarkan laporan Kompas Internasional, jaringan internet 3G dan 4G dimatikan selama 24 jam sejak Sabtu malam, tak lama setelah kekerasan terjadi. Langkah tersebut diyakini sebagai upaya untuk mencoba dan membatasi kemampuan pelajar memobilisasi atau menyebarkan kemarahan mereka di dunia maya
Pada 7 Agustus 2018, ratusan wartawan membentuk rantai manusia besar di luar National Press Club untuk menuntut hukuman atas serangan pada wartawan yang meliput protes para pelajar dan pelajar yang melakukan protes. Selain itu, di hari berikutnya, mahasiswa BRAC University memboikot kelas sebagai bentuk perlawanan dan tuntutan agar pemerintah membebaskan demonstran yang ditahan. Bahkan Wakil Rektor World University of Bangladesh juga meminta pemerintah untuk melepaskan para pelajar dan wartawan yang ditahan.
Mereka yang Memperjuangkan Keselamatan Hidup Generasinya
Tidak lama setelah aksi protes tersebut, pada 6 Agustus Peraturan Lalu Lintas baru disetujui pada rapat kabinet. Namun, sayangnya pemerintah mengambil jalan pintas dengan mengusulkan hukuman mati untuk pengendara angkutan umum yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa.
Namun para pelajar tidak puas dengan langkah yang diambil oleh pemerintah tersebut. Sheikh Shafi, mahasiswa politeknik di Dhaka yang kehilangan saudaranya akibat kecelakaan lalu lintas pada 2015, mengatakan masalah yang ada saat ini adalah supir bus Bangladesh tidak diupah secara bulanan, melainkan dengan sistem komisi berdasarkan jumlah penumpang.
Akibatnya, untuk mencari uang lebih banyak para supir bus harus bekerja lebih lama dan membuat tubuhnya kelelahan. Hal ini lantas membuat mereka tidak waspada di jalanan sehingga bisa memakan korban. “Tuntutan kami adalah perusahaan pemilik bus mempekerjakan mereka maksimum 10 jam. Sistem komisi harus dihapuskan,” Ungkapnya.[7]
Oleh karena itu, penyedia layanan transportasi mengambil keputusan untuk menempatkan driver kontrak pada pembayaran bulanan. Mereka berkomentar: “Para pengendara bergerak dengan ceroboh sehingga mereka dapat memperoleh tambahan pada perjalanan tambahan ketika mereka bisa. Jika mereka mendapatkan gaji bulanan, mentalitas mereka dari mengemudi akan berubah.” Pengumuman ini datang pada 8 Agustus dan telah ditetapkan untuk diberlakukan mulai 1 September 2018.[8]
Selain itu, pihak berwenang nasional meluncurkan “Traffic Week”, program keselamatan jalan sepekan. Pada hari pertama, 5 Agustus, 19.366 kasus diajukan untuk pelanggar aturan lalu lintas, dengan 25.882 lebih dicatat keesokan harinya.[9]
Sumber Bacaan:
[1] Al Jazeraa and New Agencies. 2018. Bangladesh: Mass student protests after deadly road accident. Bangladesh. Diakses melalui https://www.aljazeera.com/news/2018/08/bangladesh-mass-student-protests-deadly-road-accident-180802174519088.html pada 1 November 2018
[2] Dhaka Tribun. 2018. NCPSRR: Road accidents killed 4,284 people in 2017. Bangladesh. Diakses melalui https://www.dhakatribune.com/bangladesh/2018/01/01/ncpsrr-road-accidents-2017 pada 1 November 2018
[3] Militan Indonesia. 2018. Bangladesh Bergolak dengan Ribuan Pelajar Turun ke Jalan. Indonesia. Diakses melalui https://www.militanindonesia.org/internasional/asia/lain-lain/8711-bangladesh-bergolak-dengan-ribuan-pelajar-turun-ke-jalan.html pada 1 November 2018
[4] The Daily Star. 2018. Protest spreads outside Dhaka. Bangladesh. Diakses melalui https://www.thedailystar.net/country/safe-roads-demand-of-students-protest-spreads-outside-dhaka-bangladesh-1614331 pada 1 November 2018
[5] The Daily Star. 2018. Immediately implement students’ logical demands. Bangladesh. Diakses melalui https://www.thedailystar.net/city/immediately-implement-students-logical-demands-1615681 pada 1 November 2018
[6] Arifur Rahman Rabbi. 2018. Journalists, including AP photographer, beaten up. Dhaka Tribune. Bangladesh. Diakses melalui https://www.dhakatribune.com/bangladesh/dhaka/2018/08/05/journalists-beaten-up-by-chhatra-league pada 1 November 2018
[7] Tim Editorian. 2018. Bangladesh Akan Jatuhkan Hukuman Mati untuk Kasus Kecelakaan Jalanan. Kumparan News. Jakarta. Diakses melalui https://kumparan.com/@kumparannews/bangladesh-akan-jatuhkan-hukuman-mati-untuk-kasus-kecelakaan-jalanan-1533295225512258516 pada 1 November 2018
[8] Sohel Mamun. 2018. Bus owners to put contract drivers on monthly payroll instead. Dhaka Tribune. Bangladesh. Diakses melalui https://www.dhakatribune.com/bangladesh/dhaka/2018/08/08/bus-owners-to-put-contract-drivers-on-monthly-payroll-instead pada 1 November 2018
[9] The Daily Star. 2018. 25,882 more cases filed on 2nd day. Bangladesh. Diakses melalui https://www.thedailystar.net/news/country/bangladesh-traffic-week-2018-25882-more-cases-filed-on-2nd-day-1617142 pada 1 November 2018