Pernah dengar seseorang yang dijuluki “Trump Negara Tropis”? Ya! Dialah Jair Bolsonaro yang memenangkan pemilihan presiden di Brasil pada bulan lalu. Bolsonaro adalah anggota kongres Brasil selama tujuh periode yang mengusung ideologi garis kanan ekstrim, yang bahkan lebih mengerikan dari Donald Trump.
Simpati masyarakat Brasil muncul karena janji Bolsonaro untuk Break the System dan mengakhiri status quo yang membuat Brasil mengalami gejolak mendalam sejak 2016. Krisis ekonomi dan gejolak politik terjadi itu karena korupsi besar-besaran di tingkat tertinggi pemerintahan dan perusahaan. Oknum-oknum pelakunya pun benar-benar tidak tersentuh.
Bolsonaro menggabungan rasisme, misogini atau kebencian terhadap perempuan, serta ketertiban yang ekstrem dengan dukungan penuhnya untuk pemerintahan militer sebagai bahan kampanyenya. Dia mengatakan ingin para penjahat ditembak mati tanpa perlu diusut lewat pengadilan. Dia menganggap pribumi Brasil sebagai parasit dan mendukung kontrol terhadap kelahiran yang diskriminatif. Bahkan, dia tidak segan mengatakan pengungsi dari Haiti, Afrika, dan Timur Tengah sebagai the scum of humanity atau sampah kemanusiaan.
Bolsonaro sering sekali mengeluarkan pernyataan rasis dan misoginis. Ia pernah mengatakan Afro-Brasil adalah para pemalas dan obesitas. Dia menyamakan homoseksualitas dengan pedofilia. Bahkan ia membela tindakan hukum secara fisik terhadap anak-anak guna mencegah mereka menjadi gay.
Menurut Federico Finchelstein, profesor dan penulis buku From Fascism to Populism in History, retorika yang digunakan oleh Bolsonaro terdengar seperi retorika Nazi. Hal ini terlihat dalam argument Bolsonaro yang mengatakan dia tidak akan menerima kekalahan dalam pemilihan. Bolsonaro juga menegaskan bahwa tentara mungkin setuju dengan pandangannya dan mungkin akan menggunakan cara lain jika ia kalah. Bahkan pada bulan Oktober 2018, dia mengatakan bahwa lawan politiknya, anggota Partai Pekerja, harus dieksekusi.
Di Brasil dan tempat lain, populis sayap kanan semakin bertindak seperti yang dilakukan Nazi dan, pada saat yang sama, mengingkari warisan Nazi tersebut atau bahkan menyalahkan sayap kiri untuk itu. Hal ini akhirnya membuat banyak kritikus menyebut Bolsonaro sebagai seorang Nazi kerena tendensi nasionalis kaya kanannya yang ekstrim.
Amerika Latin sebelumnya telah mengalami peristiwa politik fasis seperti ini, terutama dalam Guerra Sucia atau Perang Kotor Argentina pada tahun 1970-an, di mana pemerintah membunuh puluhan ribu warga dan menculik anak mudanya. Bolsonaro secara terkenal menyatakan pada tahun 1999 bahwa kediktatoran Brasil juga “seharusnya membunuh 30.000 orang, dimulai dengan Kongres dan juga dengan Presiden Fernando Henrique Cardoso.”
Seperti para pendahulunya yang fasis, Bolsonaro berpendapat bahwa rezim diktator semacam ini adalah demokrasi sejati, hanya saja tanpa pemilihan. Apa yang baru tentang Bolsonaro ialah bahwa, tidak seperti kediktatoran militer sebelumnya, ia ingin memasarkan fasisme sebagai demokrasi.
Itulah Bolsonaro, Presiden Brasil yang baru. Trump Negara Tropis, yang bahkan disebut lebih buruk karena lebih mendekati Rodrigo “Rody” Roa Duterte, Presiden Filipina hari ini.
Foto:
2018. Jair Bolsonaro: Brazil’s firebrand leader dubbed the Trump of the Tropics. Dapat diakses melalui https://www.bbc.com/news/world-latin-america-45746013