Coming of age merupakan istilah untuk menunjukkan transisi antara masa kanak-kanak dengan kedewasaan. Film-film coming of age biasanya bercerita tentang penemuan jati diri, pencarian pasangan, sampai pemaknaan seorang remaja atas kehadirannya di dunia ini. Masa-masa seperti itu tentunya pernah atau bahkan masih kita alami, kan? Berikut ini film coming of age yang menurut Pamflet menarik untuk kamu tonton supaya kamu tahu kalau kamu nggak sendirian.
Sierra Burgess is a Loser (2018)
Masa SMA adalah momentum yang ngeri-ngeri sedap. Selain pencarian jati diri, banyak hal yang membuat penasaran, rasa ingin tahu menggebu-gebu, apalagi saat hati sudah mulai merasakan sesuatu~
Di film-film yang bercerita soal masa SMA melihat pemeran utama dengan tubuh berpinggang ramping, berkulit terang, berambut lurus terlihat halus, dan paras dengan standar sampul majalah sudah sangat biasa, kan? Sierra Burgess is a Loser tidak akan menyajikan pemeran utama seperti demikian. Namun, jalan ceritanya akan mengembalikan ingatan ke masa pencarian jati diri.
Sierra Burgess dididik dengan kalimat-kalimat motivasi dari Ibunya dan juga rangkaian kata-kata puitis dari Ayahnya. Hal itu membuat ia menjadi perempuan pintar dan suka membuat puisi. Namun, semuanya berubah ketika ia terjebak romansa dengan laki-laki di masa pencarian jati diri. Karakter laki-laki bernama Jamey itu mengira bahwa Sierra Burgess adalah Veronica si gadis populer di sekolah. Memang, bukan sepenuhnya salah Sierra Burgess atas identitas palsu yang didapatkan Jamey. Namun, Sierra Burgess malah larut dalam identitas fiktif itu dan menikmati permainannya. Sierra Burgess tidak mengakui siapa dia sebenarnya hanya karena ia tidak percaya diri dengan tubuhnya yang berukuran besar.
Sierra Burgess is a Loser mengajak kita untuk menolak lupa bahwa rumput tetangga lebih hijau, shay~
My Generation (2017)
“Every generation imagines itself to be more intelligent than the one that went before it, and wiser than the one that comes after it.” – George Orwell
Berbeda dengan film-film coming of age garapan sineas Indonesia, My Generation mengangkat tema generation gap antara generasi sebelumnya dengan generasi milenial, yang besar di tengah terbukanya arus informasi. Empat tokoh utama dalam film ini digambarkan sebagai remaja yang sangat kritis terhadap otoritas yang ada di luar mereka (guru dan orang tua). Hal ini digambarkan dalam video buatan mereka yang menumpahkan keresahan mereka terhadap orang tua yang selalu membandingkan anak jaman sekarang dengan anak jaman dulu.
My Generation adalah film yang menantang dan penuh provokasi, terutama para orang tua. Selain mempertanyakan otoritas orang tua, film ini juga menggugat nilai-nilai normatif di masyarakat yang selama ini diterima begitu saja. Identitas kesukuan, agama, perspektif, dan seksualitas tidak lagi menjadi hambatan generasi hari ini untuk saling mengenal. Seperti saat Orly memiliki hubungan dengan penganut Bumi Datar, tidak ada satupun sahabatnya yang nge-judge aneh-aneh. Intinya, mereka lebih bisa menerima perbedaan dan lebih berpikiran terbuka.
Alex Strangelove (2018)
Layaknya film romansa remaja pada umumnya, Alex Strangelove menceritakan kisah “cinta” seorang remaja di sekolah, yang, sesuai namanya, aneh (strange). Pengalaman hidup ini tentu pernah terjadi pada hampir semua orang, yaitu bagaimana sulitnya mencari pasangan di sekolah. Bedanya, kecairan mencari pasangan tidak ditemukan di Indonesia. Dalam film, kisah perempuan dengan perempuan, perempuan dengan laki-laki, atau laki-laki dengan laki-laki diungkapkan secara cair tanpa khawatir adanya ekslusi sosial, pada akhirnya.
Pencarian identitas memang merupakan proses pendewasaan diri yang sulit dihadapi oleh semua orang. Film ini pun menceritakan hal tersebut, lewat salah satu pengambilan keputusan tersulit dalam hidup: mencari pasangan. Dalam kondisi masyarakat di negara kita yang tak bisa menerima keberadaan orang dengan orientasi seksual selain heteroseksual, Alex Strangelove bisa menjadi penghibur sesaat untuk meyakinkan diri bahwa cinta gak bisa dipaksa. Jadi, kamu tim Jokowi atau Prabowo? *loh
The Florida Project (2017)
Film berlatar permukiman kelas bawah di sekitar Disneyland Florida ini cukup ‘mengganggu’. Menampilkan kehidupan Halley, seorang remaja perempuan, yang menjadi orang tua tunggal bagi anaknya yang berusia enam tahun bernama Moonee. Ia harus bekerja serabutan untuk tetap dapat menghidupi keluarga kecilnya dan membayar motel mingguan tempatnya tinggal.
Banyak yang menyayangkan film indie ini tak meraih banyak perhatian dan nominasi Oscar. Padahal film ini cukup baik menampilkan masyarakat marjinal dan kompleksitas kemiskinan yang jarang terlihat. Halley menjadi korban sekaligus aktor yang berperan dalam sistem seperti itu. Pada akhirnya, ibu muda yang nekat dan anaknya yang masih kecil ini terpaksa tumbuh lebih cepat daripada seharusnya.