Setiap orang punya alasan sendiri mengapa membaca buku. Sebagian orang menikmati bagaimana kata-kata menenggelamkan mereka. Sebagian lagi suka menghadapi ide yang menantang cara berpikir mereka selama ini. Ada juga yang gemar membau aroma kertas, atau menangkap bunyi ketika membalik halaman. Apapun itu, yang jelas buku adalah teman berpikir (atau kadang jadi pembimbing).
Seiring kata-kata mulai menjelma wujud di dalam benak, buku melepas kepala kita dari tubuh. Lalu kita dibawa ke tempat, ruang, dan waktu yang sulit dijangkau oleh fisik. Kita bisa terdampar begitu jauh, sehingga mengenali kesamaan kita dengan hal yang paling asing; atau terseret begitu dekat, sampai jeli terhadap nuansa dari hal yang sangat akrab dengan kita. Sepulangnya dari perjalanan tersebut, kita menjadi pribadi yang lebih gesit, awas, dan kuat. Membaca, oleh karena itu, adalah tindakan memerdekakan pikiran.
25 tahun yang lalu hari ini, UNESCO menginisiasi Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia untuk mempromosikan pentingnya buku dan kegiatan membaca serta mengajak kita untuk menghargai para penulis yang telah berkontribusi memajukan peradaban manusia. Tidak seperti hari peringatan lain yang merujuk pada suatu peristiwa secara spesifik, 23 April dipilih secara simbolis sebagai penghargaan kepada penulis-penulis besar dunia yang (secara kebetulan) meninggal pada hari itu, seperti Miguel de Cervantes, William Shakespeare, dan Inca Garcilaso de la Vega.
Pada saat dunia sedang merayakan literasi, kita seolah malah terlihat sedang mengheningkan cipta. Dua minggu belakangan kita menyaksikan bagaimana buku dijadikan senjata untuk meringkus kebebasan. Sebagian orang menilai tindakan ini sebagai sebuah penghinaan intelektual. Yang lain memperingatkan akan tanda-tanda kemunduran peradaban. Yang jelas kita tidak bisa tinggal diam. Oleh karena itu, untuk memperingati Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia kali ini kami memberikan sepuluh rekomendasi bacaan berdasarkan buku-buku yang disita tersebut.
Tidak mengapa kita tertinggal oleh dunia. Hari ini kita melawan, besok kita merayakan. Baca, diskusikan, dan sebarkan. Selamat Hari Buku!
1. CORAT CORET DI TOILET
Eka Kurniawan
Detail buku:
Judul: Corat Coret di Toilet
Penulis: Eka Kurniawan
Tebal: 138 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2014
Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet. – Eka Kurniawan.
Kumpulan cerpen ini mengangkat masalah keseharian mulai dari percintaan, tindak kriminal, sampai isu sosial politik dengan gaya sarkas dan kental kritik sosial.
Review:
Kumcer yang asik dibaca terutama bagi mahasiswa walaupun konteks sosial- politik tidak terlalu sama. Beberapa cerpen sarat dengan kritik sosial seperti ketidakadilan, pemerintahan yang tidak berpihak, dan ketidakbebasan. Ada juga cerpen-cerpen roman yang kadang dituturkan dengan lucu dan satir. Di cerpen Peter Pan, ada pemuda sengaja mencuri buku agar ditangkap dengan harapan otoritas sebegitu cintanya dengan buku. (Ironis kan jangan2 polisi emg cinta buku makanya disita😝)
– Afra, pembaca setia
Kumpulan cerpen dari Eka Kurniawan ini seolah jadi ‘penawar rasa’ buat pembaca yang mulai merasa ‘berat’ membaca novel-novel (bagus)nya. Isu sehari-hari yang tak lepas dari kritik sosial serta persoalan cinta dituangkan Eka dengan menarik dan enak dibaca namun tetap mempertahankan gaya sarkas khas Eka. Kumcer ini ringan, kocak, dan mudah membuat merasa orang ‘relate’, contohnya lewat kalimat ini “Aku tak percaya Bapak-Bapak Anggota Dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.” — well, who doesn’t?
– Nisrina Nadhifah Rahman, pegiat HAM, interseksionalis, suka ngoceh di Twitter @niniesrina
Rating goodreads: 3,7
2. NEGERI PARA BEDEBAH
Tere Liye
Detail buku:
Judul: Negeri Para Bedebah
Penulis: Tere Liye
Tebal: 440 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2012
Novel ini adalah bagian pertama dari dwilogi Negeri para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk, yang mengisahkan Thomas, si tokoh utama yang mencoba mengungkap sekaligus menyelamatkan Bank Semesta milik adik orangtuanya.
Review:
Banyak yang mengaitkan plot cerita novel ini dengan kejadian nyata di Indonesia, tepatnya kasus Bank Century yang terjadi empat tahun sebelum novel ini terbit. Bagian menarik dari novel ini adalah rentang waktu cerita yang hanya berlangsung kurang lebih tiga hari. Dari rentang waktu yang sempit itu, Tere Liye mampu mengemas kegetiran kondisi politik di “Negeri Bedebah”, menyinggung kondisi ekonomi global, hingga mengungkap intrik bawah tanah pada kasus hukum dan peradilan. Interaksi Thomas dengan beberapa tokoh lain seperti Om Liem dan Julia juga menarik dan memberi sensasi tersendiri terhadap Thomas sebagai toko sentral. Sebagai sebuah bacaan, novel ini memberi suguhan yang padat mengenyangkan. Pembaca akan dibawa dalam suasana terburu-buru dan menegangkan. Tere Liye, dengan struktur dan pemilihan kosa kata, juga mampu bertutur tentang isu ‘berat’ ke dalam bacaan yang dapat cukup mudah dipahami.
– Firdhaussi, berkebun dan menulis di firdhaussi.com
Percayalah negeri ini memang sudah diujung tanduk. Buku ini membuat saya percaya bahwa konspirasi tingkat tinggi benar-benar eksis. Tereliye dengan briliannya membawakan kisah fiksi aksi semi-realis ini secara cepat dan penuh dinamika. Saat membaca sekilas kita akan tersadarkan bahwa seluruh novel hanya menceritakan petualangan yang terjadi selama kurang lebih dua hari. Tokoh utama dikisahkan bertarung dengan gembong mafia tingkat nasional. Lucunya, bukan mafia Itali macam God Father. Mafia-mafia ini ialah deretan koalisi pengusaha dan pejabat publik di masa ini. Ya, Tereliye membawa pembaca menuju alam tingkat tinggi ketika kita diminta untuk berpikir secara gestalt, menyapu pandangan pada semua hal yang terjadi dan menghubungkan tiap peristiwa. Buku ini membawa kita untuk menyibak yang tersurat demi menangkap yang tersirat. Namun kita pun diperingatkan, ada harga yang perlu dibayar bila kita ingin menyibak. Karena mereka selalu mengawasi. Siapa? Mereka yang “berkuasa” di luar kuasa.
– sangharimau, seniman panggung
Rating goodreads: 4,3
3. SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT
Mark Mason
Detail buku:
Judul: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis: Mark Mason
Tebal: 256 halaman
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2016
Buku ini adalah sebuah self-help untuk mereka yang membenci self-help. Dengan memberikan panduan tanpa manis kosong, buku ini akan menolong pembacanya dengan cara menampar mereka.
Review:
Berbeda dengan banyak buku lain yang mengkampanyekan perlunya selalu menjadi positif dalam hidup, Buku Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat membahas mengenai konsep Toxic Positivity yang justru banyak membebani hidup kita selama ini. Pendapat awalnya bahwa semua orang sama-sama ga istimewa justru jadi cara pandang menarik untuk membuat pembaca berpikir untuk merespon kehidupan dengan lebih selow, ga perlu terlalu heboh atau justru kaku. Poin utama buku ini yang menurut gw brilian adalah reminder bahwa tidak sibuk memikirkan pendapat orang lain (atas image kita), adalah sebuah pembebasan hakiki yg membuat kita bisa menjadi diri sendiri seperti apa yg selama ini kita inginkan.
– Neqy, @_perEMPUan_
Manson memang memberi kuliah motivasi seperti mitvator2 lain. Yang membedakan, dia tidak mengagungkan nilai positif dalam semua hal sebagai “jualannya”. Akuilah bahwa sesekali kita menjadi pecundang dan ada hal-hal yang tidak bisa kita raih. Menerima batasan diri itulah kekuatan sebenarnya kata Manson.
– Firdaus, pekerja harian Pamflet
Rating goodreads: 3,96
4. AKSI MASSA
Tan Malaka
Detail buku:
Judul: Aksi Massa
Penulis: Tan Malaka
Tebal: 148 halaman
Penerbit: Narasi
Tahun terbit: 2000
Tan Malaka (1894 – 1949) adalah seorang filsuf, pengajar, pejuang kemerdekaan, bapak republik, pahlawan nasional, dan pendiri Partai Murba. Buku ini adalah sebuah risalah mengenai taktik rakyat untuk melawan pemerintah kolonial.
Aksi massa tidak mengenal fantasi kosong seorang tukang putch atau seorang anarkis atau tindakan berani seorang pahlawan. Aksi massa berasal dari orang banyak untuk memenuhi kehendak ekonomi dan politik mereka… – Tan Malaka
Review:
Harusnya jadi buku wajib dibaca untuk pelajaran sejarah di sekolah. Buku yg ringkas tp padat bisa merangkum dan merefleksikan kondisi di Indonesia bahkan sebelum Indonesia ada. Buku ini jg menjadi semacam pedoman untuk menganalisis & membangun strategi gerakan. Bahkan TM sudah menyiapkan poin2 wajib untuk berbagai sektor (politik, sosial, pendidikan, dll)
– Afra
Lewat buku ini, gua paham kenapa Tan Malaka bercita-cita banget menciptakan revolusi di Republik Indonesia. Sayang, cap ‘komunis’ membuat namanya cukup tenggelam dari sejarah perjuangan Indonesia. Di buku ini, Tan Malaka banyak membahas soal imperialisme, kapitalisme, isu sosial politik, hingga harapan buruh dan tani di Indonesia. Buku ini ‘menyenggol’ kaum terpelajar, agar lekas keluar dari kamar dan secara konkret terlibat dalam ‘aksi massa’ dan politik revolusioner yang aktif.
– Nisrina
Rating goodreads: 4,07
5. LOVE, STARGIRL
Jerry Spinelli
Detail buku:
Judul: Love, Stargirl
Penulis: Jerry Spinelli
Tebal: 288 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2010
Melanjutkan kehidupan si tokoh titular setelah berakhirnya novel pertama, novel epistolari ini mengulas kenangan Stargirl dan hubungan dengan orang-orang baru di kehidupannya.
“Love, Stargirl” adalah sekuel dari buku yang sering dibilang sebagai salah satu karya ‘klasik’ untuk genre fiksi young adult, Stargirl. Plot ceritanya, seperti layaknya genre young adult, berkisar seputar pengalaman2 khas remaja menuju dewasa–relasi dengan temen dan ortu, peer pressure dan gimana caranya supaya ngerasa “fit in”, pengalaman jatuh cinta, galau soal tujuan hidup, dan lain-lain. Emang sih di dalam bukunya karakter Stargirl digambarin sbg karakter yang unik, random, dan nggak konvensional, tapi menurut gw, walaupun cukup filosofis, isinya nggak terlalu rumit atau bahkan politis untuk bisa diasosiasikan langsung dengan anarkisme.
– Raviola, anggota Pamflet
Rating goodreads: 3,82
6. NASIONALISME, ISLAMISME, DAN MARXISME
Ir. Soekarno
Detail buku:
Judul: Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme
Penulis: Ir. Soekarno
Tebal: 100 halaman
Penerbit: Kreasi Wacana
Buku tipis ini berisi pemikiran-pemikiran Sang Proklamator mengenai berbagai hal, terutama yang menyangkut ideologi, nasionalisme, dan kemerdekaan.
Review:
Buku kecil yang membahas 3 idologi yang berbeda menurut kacamata bung karno. Ideologi yang berbeda itu nasionalisme, marxisme dan islamisme. Banyak orang yang menganggap ketiga ideology tersebut berbeda, dan tidak memiliki korelasi antara satu sama lain, bahkan ada salah satu ideology yang dianggap berbahaya bagi bangsa kita (marxisme). Nasionalisme sendiri ideologi yang berangkat dari kebangga’an terhadap bangsa dan negaranya. Islamisme sendiri sesuai dengan namanya, ideologi yang berlandaskan agama islam. Dan marxisme yang masih banyak yang menganggap ideology yang sarat dengan penggulingan pemerintahan, yang sebenarnya merupakan ideology yang justru menjunjung tinggi kesetaraan setiap manusia. Dari kacamata bung Karno ketiga ideologi ini memiliki korelasi satu sama lain. Di dalam buku ini kita bisa mendapatkan pencerahan mengenai setiap ideologi, khususnya ideologi marxisme yang selama ini banyak orang salah kaprah mengenai ideologi ini. Dengan membaca tulisan bung Karno ini diharapkan bisa memperkaya pengetahuan kita dan menambah prespektif kita, agar kita tidak menjadi manusia yang hanya terkungkung pada satu ideologi tertentu. Prespektif yang luas menjadikan kita sebagai manusia yang lebih toleran dengan perbedaan yang ada, di Negara kita yang plural.
– Achmad Soefandi, alumnus Universitas Negeri Surabaya, atau penikmat kopi dan buku
Rating goodreads: 4,51
7. MUHAMMAD, MARX, MARHAEN
Jeanne S. Mintz
Detail buku:
Judul: Muhammad, Marx, Marhaen
Penulis: Jeanne S. Mintz
Tebal: 327 halaman
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tahun terbit: 2002
Karena sosialisme dengan berbagai variannya lebih dulu memasuki panggung politik Indonesia, maka tepat sekali apa yang dikatakan oleh Syahrir: “Kita semua adalah orang-orang sosialis di Indonesia atau setidaknya cenderung sosialis.”
Review:
Ada banyak hal yang membuat saya ingin bisa lebih menyukai buku ini. Judulnya menggoda, tapi sampul bukunya adalah ujian tersendiri untuk tidak menilai kualitas isi dari kulit muka. Walaupun menyebut nama Muhammad, buku ini tidak banyak mengulas pengaruh Islam dalam perkembangan sosialisme, selain menyinggung soal “sosialisme religius” dan pergerakan partai-partai Islam di Indonesia. Secara keseluruhan isinya menarik. Akar sosialisme di Indonesia diurai secara kronologis hingga masa Demokrasi Terpimpin, sebelum buku ini terbit pertama kali pada tahun 1965. Sayang, kualitas terjemahannya (termasuk soal tata bahasa dan kesalahan ketik) cukup mengusik. Setelah menuntaskan buku ini, layak rasanya untuk lanjut membaca tentang bagaimana komunisme, yang disebut penulis sebagai paham dengan definisi yang lebih eksklusif dibandingkan sosialisme, menjadi hantu yang dipelihara rezim penguasa sejak peristiwa 1965 hingga hari ini.
– Puji Maharani, penulis naskah @beginsat30
Rating goodreads: 3,86
8. BERTUHAN TANPA AGAMA
Bertrand Russell
Detail buku:
Judul: Bertuhan tanpa Agama
Penulis: Bertrand Russell
Tebal: 320 halaman
Penerbit: Resist Book
Tahun terbit: 2008
Buku ini banyak dilihat sebagai karya paling provokatif yang dihasilkan Russell tentang sains, filsafat, dan agama, sejak awal hingga akhir masa hidupnya. Ia mendekati agama sebagai seorang filosof, sejarawan, kritikus sosial dan individu. Malalui buku ini ia menolak akar-akar fundamentalisme, irasionalisme dan dogmatisme dalam beragama.
Review:
“Karena manusia bergerak ke depan, segala yang baik tidak lagi baik”Apa yang terjadi pada kau, Mai ? Setelah berhabis masa dengan tulisan-tulisan Russell setahun lama-nya ? Adakah iman kau semakin kuat atau jatuh merudum termakan idea-idea Russell. Soal hati kecil aku. Aku tidak puas lagi dengan sajian-sajian idea buku ini sebenar-benarnya. Bacaan-bacaan begini sering kali buat aku terlelap dealam keadaan buntu.
– Mia Radhiallah, can be found reading book, riding bike
Rating goodreads: 4,09
9. SEKS DAN REVOLUSI
Jean-Paul Sartre
Detail buku:
Judul: Seks dan Revolusi
Penulis: Jean-Paul Sartre
Tebal: 258 halaman
Penerbit: Narasi
Tahun terbit: 2002
Buku ini adalah kumpulan esai panjang yang merefleksikan visi eksistensialis Sartre tentang dua tema utama, seksualitas dan revolusi.
Review:
Buku kumpulan esai ini bisa menjadi jembatan awal untuk karya-karya Sartre. Mendalami soal seksualitas dari kacamata eksistensialis, membawa kesadaran dan keberadaan tubuh dan dimensi lain yang melekat ke permukaan. Soal seksualitas tidak hanya sebatas pemuasan dan erat kaitannya dengan kebebasan. Sedangkan tema Revolusi, Sartre mengkritik kolonialisme dan mengupas kesadaran individu untuk bebas memilih.
– Afra, pembaca setia.
Buku ini berusaha jadi buku “Kumpulan Esai”-nya Sartre, tapi sayangnya terjemahannya buruk, banyak typo dan terpotong-potong. Karena Sarte filsuf, jadi agak enggak cocok potongan-potongan tulisannya tetiba dijadiin buku “Kumpulan Esai”, walhasil banyak bagian yang terasa sulit dipahami dan terkesan ‘kurang nyambung’. Tapi overall, buku ini menuangkan pemikiran Sartre sebagai filsuf ekistensialis dalam memandang pelbagai isu di dunia semisal seks, hasrat, masturbasi, homoseksualitas, dll. Di buku ini pula, Sartre membeberkan pandangan dan pengalamannya akan sejumlah revolusi-revolusi besar yang muncul pada abad ke-20.
– Nisrina Nadhifah Rahman, pegiat HAM, interseksionalis, suka ngoceh di Twitter @niniesrina
Rating goodreads: 3,33
10. SABDA ZARATHUSTRA
Friedrich Nietzsche
Detail buku:
Judul: Sabda Zarathustra
Penulis: Friedrich Nietzsche
Tebal: 479 halaman
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tahun terbit: 2000
Buku ini adalah uraian pena paling pribadi dari Nietzsche. Zarathustra adalah orang pertama yang melihat adanya roda dalam berputarnya peristiwa dalam pertarungan antara yang baik dan yang buruk. Dibanding pemikir lain manapun, Zarathustra lebih jujur dan lebih berani dalam mengungkap segala kebobrokan manusia yang diselubungi berbagai dalih yang tampak cemerlang dilihat dari luar.
Review:
Buku ini lebih mirip karya sastra dibanding buku filsafat, dituturkan oleh sebuah karakter fiksi dan dalam pembabakan cerita. Banyak hal yg dibahas di buku ini terutama soal transformasi manusia modern. Mengedepankan perspektif self-determination, materialis & mempertanyakan moral dan nilai2 yg berlaku.
– Afra, pembaca setia
Semacam fiksi-filsafat spekulatif. Karya magnum opus dari filsuf asal Jerman ini. Di karyanya, Nietzsche menggunakan tokoh Zarathustra yang merupakan pendiri ajaran zoroaster. Tapi karakter itu ia interpretasi kembali. Untuk apa? Untuk menyampaikan gagasannya soal konsep ubermensch atau manusia unggul. Konsep ubermensch ini yang kemudian disalahartikan oleh NAZI-Hitler sebagai dasar legitimasi ras arya adalah ras unggul. Makanya, agar gak salah paham coba aja baca bukunya, jangan malah disita.
– Ervirdi, bergiat di @diluarkurung
Rating goodreads: 4,06