Beberapa minggu ini isi feed media sosial kamu ramai dengan #PapuanLivesMatter. Unggahan-unggahan dalam tagar tersebut menyadarkanmu mengenai kekerasan dan rasisme yang dialami oleh orang-orang Papua. Kamu merasa terpanggil untuk turut menyuarakan keadilan, tapi kemudian kamu melihat beberapa orang mendapatkan kritikan dan amarah karena melakukannya dengan cara yang salah. Lalu kamu mengurungkan niatmu. Mending diam deh, kamu pikir.
Kamu mengira dengan diam kamu sudah mengambil sikap yang benar, sampai kamu menemukan tweet yang bilang kalau berdiam diri sama artinya dengan memihak penindas. Nah, loh, sekarang kamu bingung. Kamu mengakui kebenaran tweet tersebut, tapi kamu sendiri tidak tahu harus bagaimana.
Baiklah. Sekarang waktunya kamu belajar untuk menjadi sekutu yang baik.
Sekutu, atau ally, adalah seseorang yang mendukung kemajuan suatu kelompok terpinggirkan. Sekutu bukan bagian dari kelompok tersebut, tetapi ikut memperjuangkan apa yang mereka perjuangkan. Kami menawarkan beberapa petunjuk yang bisa kamu gunakan untuk belajar menjadi sekutu yang baik dalam isu Papua.
1. Dengarkan
Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mendengarkan orang Papua. Ini penting karena pemberitaan isu Papua oleh media kerap kali memakai sumber dari aparat dan otoritas negara yang melanggengkan narasi tunggal seperti separatisme atau pembuat onar. Narasi tunggal merampas martabat, karena membuat susah cara kita melihat kemanusiaan dalam pihak yang dinarasikan. Bagaimana cara mengembalikan martabat tersebut? Kamu bisa mulai dari Suara Papua, Tabloid Jubi, dan Papuan Voices.
2. Edukasi diri kamu
Selain mendengarkan suara orang Papua, kamu juga bisa membekali diri dengan informasi dan pengetahuan mengenai bagaimana kita (orang Indonesia dan orang Papua) sampai pada masalah di titik ini dari sumber-sumber yang bisa kamu akses. Kita Harus Bicara tentang Papua adalah awalan yang bagus untuk membuka pikiran mengenai isu Papua.
3. Unlearn
Karena akses informasi dari dan mengenai Papua terus dibatasi, lumrah jika banyak orang Indonesia yang gagal paham mengenai segala persoalan di Papua. Ditambah dengan narasi tunggal, bukan tidak mungkin banyak dari kita memiliki prasangka negatif mengenai Papua dan orang-orangnya. Untuk menjadi sekutu yang baik, kamu harus berhadapan dengan dirimu sendiri mengenai hal ini. Project Implicit dari Universitas Harvard bisa membantumu mengurai apa saja prasangka yang ada di dalam diri kamu (agar sesuai dengan konteks isu Papua, ambil race test dan skin-tone test).
4. Gunakan privilesemu untuk membela orang Papua
Sebagai teman berjuang bagi orang-orang Papua, tidak cukup untuk hanya menjadi tidak rasis. Kamu harus anti-rasis, yakni dengan cara menentang rasisme yang kamu saksikan serta mengupayakan toleransi. Sikap anti-rasis dari sekutu sangat penting karena upaya advokasi anti-rasis dari orang Papua sendiri rentan dikriminalisasikan. Hal ini disebabkan oleh adanya paranoia mengenai Papua, sehingga, meminjam ekspresi Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Asfinawati, “Aksi di Papua dan oleh orang Papua, apa pun isunya, akan dituduh makar.” Di sinilah privilese yang datang dari warna kulitmu dan cara berbahasamu bisa membawa perubahan.
5. Donasi
Ini adalah salah satu wujud paling nyata dalam menjadi sekutu, karena hasilnya jelas terukur, sekecil apapun nominal yang kamu keluarkan. Hangatnya diskusi #PapuanLivesMatter diiringi oleh tautan-tautan donasi untuk isu tersebut. Yang perlu kamu lakukan adalah mengecek validitas program donasi yang akan kamu tuju, seperti halnya ketika kamu ingin mendonasikan uang ke hal lain supaya kamu tidak terjebak dalam penipuan.
6. Jangan mendominasi ruang diskusi
Kamu harus selalu sadar bahwa kamu adalah sekutu. Sebanyak apapun buku yang telah kamu baca dan sedalam apapun pengetahuan kamu mengenai isu Papua, kamu tidak lebih ahli mengenai isu ini daripada orang Papua sendiri. Oleh karena itu, kamu harus selalu memberikan panggung utama untuk orang Papua. Selain itu kamu juga tidak boleh bersikap seakan mewakili orang Papua. Orang Papua bisa mewakili diri mereka sendiri, dan tugas kita sebagai sekutu adalah memastikan suara mereka didengar.
7. Menjadi sekutu tidak melulu di media sosial
Jangan terperangkap dalam pemikiran bahwa perjuangan melawan kekerasan dan rasisme terhadap orang Papua hanya bisa dilakukan melalui media sosial. Bagus sekali jika banyak orang yang kemudian sadar mengenai isu Papua akibat ramainya bahasan isu tersebut di media sosial. Namun, jika hanya itu saja yang kita lakukan, kita tidak akan ke mana-mana. Lalu, kamu juga tidak harus melaporkan semua kontribusi yang kamu berikan di media sosial. Jika semua yang kamu lakukan harus terunggah di media sosial, maka kamu harus mempertanyakan kembali niatmu: menjadi sekutu karena solidaritas, atau untuk keuntungan pribadi?
8. Mulai dari hal kecil
Segala kecaman dan ekspresi kemarahan yang kamu teriakkan mengenai ketidakadilan yang terjadi kepada orang Papua tidak akan berarti sama sekali jika kamu memilih untuk tidak melakukan apapun mengenai hal-hal kecil yang bisa kamu kerjakan. Mulailah dengan menyalurkan pengetahuan yang telah kamu dapatkan kepada orang-orang di sekitarmu. Bantu mereka untuk pelan-pelan meninggalkan prasangka mereka kepada orang Papua. Hadapi dan koreksi setiap tindakan rasis yang kamu saksikan dengan mata kepalamu sendiri dengan cara yang baik. Beri donasi semampu yang kamu bisa. Dan masih banyak lagi. Selamat berusaha!