Halo teman-teman! Bagaimana kabar kalian? Semoga baik-baik saja ya. Tim Pamflet kabarnya baik-baik saja, tapi kerinduan kami untuk bisa bertemu secara langsung dan mendiskusikan keresahan kita bersama sudah terlalu besar untuk terus ditahan sendiri.
Di tengah masa pandemi ini, pertemuan fisik harus dibatasi demi menjaga kesehatan dan keselamatan bersama. Alhasil, perbincangan yang sering muncul tentang ide dan rencana untuk menyelesaikan masalah di sekitar kita menjadi semakin jarang dan berjarak rasanya. Tapi, apa boleh buat. Kita harus mulai mencoba untuk membiasakan diri dan beradaptasi dengan keadaan yang ada. Perbincangan kita tidak boleh berhenti karena terbatas pada pertemuan fisik saja. Teknologi mampu menghubungkan kita yang saling berjauhan untuk tetap saling bertukar isi pikiran. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyampaikan ide seperti diskusi via media daring, mengikuti pelatihan atau sesi sharing, dan juga lewat tulisan seperti newsletter ini.
Sejujurnya, edisi ini seharusnya sudah dipublikasikan beberapa bulan yang lalu. Namun, karena beberapa hal yang terjadi kami baru bisa menyelesaikannya sekarang.
Tapi, keterlambatan kami ini tidak serta merta membuat tulisan-tulisan ini menjadi tidak relevan. Kami ingin teman-teman membaca tulisan ini dengan kacamata sebagai pengamat. Kami mengajak teman-teman untuk melihat kembali apa yang sudah terjadi di dalam rangkaian protes #ReformasiDiKorupsi kemarin. Kenapa? Dengan melihat kembali, kita bisa mengingat kembali hal-hal apa yang telah kita lakukan dan perlu untuk ditingkatkan serta apa yang masih belum kita sadari saat itu. Dalam sebuah gerakan sosial, mempelajari strategi dan repertoar sendiri adalah hal yang penting untuk bisa membawa gerakan ke arah yang lebih maju.
Selain itu, kami juga berharap kita bisa mengingat kembali tujuan awal kita memulai perlawanan dengan asumsi bahwa protes besar-besaran tahun lalu hanyalah satu babak penting dari episode panjang gerakan kita. Beberapa tuntutan yang kita teriakkan kemarin mungkin sudah tidak mungkin terpenuhi lagi. Beberapa rancangan undang-undang yang kita tolak sudah atau akan disahkan sebentar lagi. Bukan hanya itu, ruang demokrasi kita juga semakin digerus bahkan di masa pandemi ini. Negara dengan aktif berusaha membungkam teman-teman kita yang menyuarakan penolakan terhadap tindak kekerasan dan korupsi yang dilakukan oleh aparat dan para pejabat. Berbagai aksi teror terus ditujukan kepada warga sipil, bahkan hingga ancaman penjara. Hal ini semakin terlihat jelas saat kita mulai membicarakan isu Papua.
Melihat semua masalah saat ini, kita perlu memikirkan lagi langkah apa yang harus kita ambil. Bukan hanya satu, tapi dua atau tiga langkah ke depan. Kita perlu melihat pola reaksi negara saat kita mulai bergerak. Salah satu caranya untuk memikirkan strategi ini adalah dengan mempelajari kembali gerakan yang telah kita bangun.
CatatanHarianReformasiDikorupsi_Pamflet.pdf (500 downloads )