Bersambung di 2022: Pamflet berefleksi

Refleksi 2021

Setiap akhir tahun, kita sering melihat kembali hal apa saja yang telah kita lakukan dan lewati. Setelah melihat kembali, kita berefleksi sudah sejauh mana kita berjalan, apakah ada hal yang kita capai atau tidak, apakah kita sudah puas dengan perkembangan diri kita selama setahun, dan lainnya.

Momen akhir tahun juga sering dijadikan talak ukur untuk mengubah diri, “new year, new me” kalau kata orang-orang.

Perlu diakui tahun ini adalah masa yang begitu sulit. Kita terpukul gelombang tinggi penularan Covid-19, bencana terjadi di wilayah-wilayah yang sangat rentan akibat krisis iklim, namun kita tetap harus terus melanjutkan pekerjaan, sekolah atau perkuliahan senormal mungkin.

Di penghujung tahun ini, kami bertanya kepada beberapa teman tentang apa arti 2021 bagi mereka. Ada yang hanya bisa mengartikannya dalam satu kalimat, ada pula yang sangat senang berbagi cerita pencapaiannya selama setahun.

Asrul Adi Musa tidak menjadikan pandemi halangan untuk mencari pengalaman baru. Salah satunya dengan mencoba pengalaman memimpin organisasi di sekolah.

Saya sangat senang masih bisa menikmati indahnya hidup di tahun 2021 yang begitu banyak makna di dalamnya. Di tahun ini juga saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, baik dari sekolah, keluarga, kerabat, alam, dan lainnya. 

Tahun ini sangat indah menurut saya, karena banyak kisah yang saya dapatkan, perasaan yang begitu campur aduk, ada sedih, marah, takut dan lainnya. Di tahun ini saya juga bisa merasakan menjadi seorang pemimpin di organisasi saya, dan juga bisa merasakan kegiatan-kegiatan di luar sekolah.

Asrul merangkum beberapa pengalamannya di 2021 dalam kolase foto berikut ini:

Bagi Erlangga, tahun ini menjadi momen ia belajar tentang kekuatan dirinya sendiri untuk menjadi tumpuan utama di kala sulit.

Di 2021 aku kehilangan banyak hal. Uang, waktu, tenaga, beberapa teman dekat dan kesehatan mental yang udah di ujung tandik. Tapi di tahun ini juga aku belajar utk jadi lebih percaya pada diriku sendiri. Karena di saat semuanya hilang, kamu selalu ada untuk dirimu sendiri.

Bagi Elliah, bertahan dan menyelesaikan semua pekerjaan sembari kuliah adalah sebuah kebanggaan yang perlu diakui.

Aku bangga bisa sampe di titik ini meski ngeluh mulu, ga bagus sih tapi ga ngeluh ga hidup.Kalau pekerjaan, aku ngerasa ditahun 2021 ini pekerjaan banyak banget wkwkwk, terus ngerasa produktif setiap hari, bahkan Sabtu Minggu. Kalau kuliah, mulai menyerah dan ngerasa ke ga ada gairah kuliah tapi nanggung.

Pandemi di tahun 2021 ini memberikan lebih banyak waktu bagi Mutiara Januar mengenali dirinya lebih dalam di tengah tuntutan untuk menjadi dewasa.

Selalu dinamis. Tahun 2021 itu masa-masa aneh dan cukup menyebalkan karena saya naik ke kelas 12. Semua orang nyuruh saya buat dewasa! Padahal apa enaknya jadi dewasa? Tapi bagusnya di 2021 virus covid menjinak dan vaksin udah menyebar ke mana-mana jadi saya bisa main ke pameran meski engga ngerti-ngerti amat gimana caranya menilai karya.

Selain itu di 2021, saya menjadi lebih dekat dengan diri saya sendiri. Jadi lebih sering jalan kaki keluar rumah, berdua sama diri sendiri. Jadi segala urusan duniawi mulai teratasi satu per satu karena udah mulai mempercayai diri sendiri seyakinnya dan tahu kapan harus berhenti atau memulai gitu.

Pelajaran yang didapat dari 2021: mengenali diri sendiri itu penting, dan jangan lupa untuk pakai masker dan vaksin kalau memungkinkan.

Mutiara mengilustrasikan dirinya di 2021 ini seperti meme berikut:

Bagi Ruray, 2021 adalah masa pulih dan mencoba hal baru.

Di titik ini, aku merasa seperti baru sampai di rumah setelah berbulan-bulan pergi melaut. Seperti pohon terong di balkon rumahku yang asyik bertumbuh ke bawah tanah–menguatkan jari-jemari akarnya, dan sempat membuat orang keheranan karena belum berbuah. Seperti berjalan melingkar dengan tiap langkah kaki yang mengarah lebih dalam dari sebelumnya, sehingga membentuk sebuah spiral. Terlihat biasa saja oleh dunia, tapi keren bukan main!

Kekerenan ini ditunjang oleh beberapa hal: upaya pemulihan dari trauma, periode hidup bersama kegelisahan dan asam lambung kronis, keberanian dalam mengekspresikan diri, dan kehadiran yang konsisten nan penuh kasih untuk diriku. Sebab itu, aku tidak takut–dan malah merasa penasaran–atas segala yang akan terjadi ketika bumi memutari mentari sekali lagi. 

Ruray mengilustrasikan dirinya di 2021 ini seperti potongan-potongan stek tanaman syngonium yang direndam hingga tumbuh akarnya, sebelum ditanam ke tanah.

Kesulitan di tahun 2021 ini, bagi Coory menyadarkannya untuk tidak terus berkutat pada deadline dan hasil pekerjaan yang sempurna.

Tahun ini adalah tahun yang absurd. Aku merasa tahun ini sangat panjang dan penuh dengan to do list yang tidak habis-habis. Setiap kali aku merasa pekerjaan yang kulakukan berat, aku sering berpikir kenapa kita tetap bekerja seperti biasa di tengah krisis berskala global. Ketika deadline sudah dekat, aku suka berpikir: memangnya hal buruk apa yang akan terjadi kalau aku melewati deadline yang kubuat sendiri?

Di tahun ini, aku belajar untuk menerima keterbatasan hasil pekerjaan. Pandemi ini mungkin masih akan berlangsung terus, atau bahkan akan berulang. Aku sudah merayakan Natal dua kali di tengah pandemi. Jadi, buat apa aku menghabiskan hari-hariku yang sudah tidak asik dengan menyesali hasil pekerjaanku. Yang penting, aku sudah mencoba dan menggunakan kemampuanku sebisanya dan sesanggupnya.

Oh iya, di pertengahan tahun ini aku mengadopsi sebuah bonsai. Tapi, dia pun menyerah pada(ku) 2021.

Dalam konteks pergerakan sosial, kita telah melihat bagaimana pandemi ini sangat memukul keras banyak komunitas. Sementara itu, pemerintah memafaatkan kondisi ini untuk melanjutkan program pembagunan demi golongan 1% yang mereka cintai dan lindungi. Aktivis mengalami persekusi, masyarakat adat dihadapkan dengan aparat dan preman, nakes tidak dihargai sepatutnya, sementara kebijakan terus berubah tanpa melihat kemampuan masyarakat untuk terus melaju.

Bagi Astried, tahun ini menunjukkan bagaimana kita hanya bisa bertahan dan berjalan terus apabila dilakukan bersama dengan semangat komunal.

2021 mengajarkan kita bahwa semangat komunal lah yang menolong kita untuk bertahan. Sebaliknya, perjuangan tidak dapat dicapai melalui individualistik dan terpisah dari konteks.

Masing-masing individu tentunya memiliki kesan yang berbeda-beda dari tahun ini. Ada yang masih sanggup terus melaju dengan kecepatan yang sama, ada yang perlu berhenti dulu mengumpulkan tenaga.

Sebentar lagi, hidup kita akan bersambung ke pembabakan baru, tahun 2022. Sampai bertemu di episode baru, dengan jalan cerita yang mungkin juga baru. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content