Belajar itu tidak hanya harus di kelas sambil duduk manis mendengarkan guru menyampaikan materi. Seharusnya, guru bisa menggunakan lebih banyak cara kreatif untuk membuat materi pelajaran menjadi lebih menarik. Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang banyak mengandung pendidikan mengenai hak asasi manusia, namun banyak anak muda atau siswa menganggap materi ini adalah hal yang membosankan dan terlalu banyak hafalan. Padahal, pengetahuan tentang hak asasi manusia yang mudah diterapkan dapat menjadi landasan dasar seseorang untuk bisa bersikap kritis dan bersifat toleran terhadap isu-isu yang beredar di sekitar kita.
Ide alat bantu belajar dalam bentuk permainan taplak gunung datang dari seorang guru muda bernama Angga Al Farhan, yang masih berstatus mahasiswa tetapi membantu mengajar pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMAN 6 Depok. Pak Angga mencoba menawarkan ide permainan “taplak gunung” yang merupakan permainan tradisional untuk digunakan sebagai medium belajar hak asasi manusia, agar materi-materi lebih mudah dimengerti siswa dan ada simulasi motorik sehingga tidak membuat siswa bosan di kelas. Modifikasi terhadap permainan taplak gunung yang biasa dimainkan di luar ruangan ini dilakukan agar medium menjadi lebih menarik dan lebih fleksibel untuk bisa dibawa-bawa.
Taplak gunung biasanya dimainkan di sebidang tanah datar dengan pola yang digambar dengan menggunakan kapur. Namun, untuk permainan ini papan taplak gunung dibuat dengan menggunakan busa agar mudah dibawa-bawa dan dipindahkan di dalam kelas. Tema antariksa dipilih lengkap dengan atribut-atribut peran yang sesuai seperti astronot, alien, dan sebagainya, agar pemain seolah-olah berada di luar angkasa. Biasanya permainan ini dimainkan oleh beberapa individu, namun untuk alat belajar pemain dapat terdiri dari kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-8 orang per kelompok dengan tugas dan peran masing-masing. Dilengkapi dengan dadu dan kartu-kartu pertanyaan tentang materi terkait hak asasi manusia dari pelajaran pendidikan Kewarganegaraan, ada delapan materi yang harus dipecahkan oleh para pemain, yaitu tentang pemahaman, pelanggaran,, kasus-kasus, konteks sosial dan budaya, proses penegakan, penanganan kasus pelanggaran, dan tantangan penegakan dari hak asasi manusia di Indonesia.