Diolah dari ilustrasi Sketchify/Canva
Artikel oleh: Elliah Ayu
Orang muda multitasking. Begitulah aku menyebut diriku. Di usiaku yang masih belasan, aku memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Melihat kerutan di wajah perempuan yang setiap hari tangannya kucium membuatku mengambil keputusan ini.
Multitasking memiliki makna tersendiri di kehidupanku yang tumbuh besar dengan seorang ibu yang berperan sekaligus sebagai ayah. Ini bukanlah hal yang mudah. Terkadang aku berpikir bahwa aku terpaksa melakukan semuanya dalam satu waktu dengan cepat untuk bertahan hidup. Memiliki “sejuta keinginan” kemudian menjadi kedokku untuk berperan sebagai orang muda multitasking. Aku adalah orang muda dengan sejuta keinginan dan aku telah membayangkan sedari dulu bahwa pasti akan ada banyak pengorbanan untuk keinginan-keinginan ini.
Tapi, tanpa disadari, berperan menjadi orang muda multitasking memiliki resiko. Salah satunya adalah beban stres yang lebih dari orang sepantaranku pada umumnya. Misalnya, dalam pengalamanku menjalani dua kegiatan berbeda bertahun-tahun, menjaga mood merupakan tuntutan yang besar dan berat. Ketika bekerja dari pagi sampai sore, aku mengalami banyak hal yang seringkali tidak sesuai ekspektasi dan berpengaruh besar pada energiku. Namun, terlepas dari apa saja yang terjadi selama bekerja, pada sore sampai malam hari, aku harus siap dengan mood yang baik untuk bisa menjalankan kuliah. Hal-hal yang terjadi dan tidak sesuai ekspektasi selama kuliah merupakan satu hal lain lagi yang menambah beban hari itu.
Kita tidak seharusnya memaksa diri untuk selalu baik-baik saja. Namun, siapa yang sempat untuk “tidak baik-baik saja” ketika waktu untuk rehat dan memulihkan mood saja sangat sulit didapat di keseharianku yang padat? “Tidak apa-apa melakukan dua hal dalam satu waktu, nanti pasti kamu akan terbiasa,” ujar seseorang kepadaku. Dan nyatanya, aku memang mulai terbiasa. Namun, ini tetap saja tidak membuat perjalanan multitasking-ku mudah. Ketika kamu melakukan kegiatan berat dalam satu waktu secara berturut-turut, beban di punggungmu jadi terasa jauh lebih berat.
Bertemu dengan teman-teman menjadi cara yang biasa aku lakukan jika sedang tidak baik-baik saja–entah karena bekerja atau kuliah. Mungkin ini mengherankan karena aku bisa saja menggunakan waktu ini untuk istirahat di rumah, mengingat besok harus beraktivitas lagi. Nyatanya, bertemu dengan teman-teman seringkali memulihkan rasa lelah dan bahkan mood-ku. Aku juga menyadari bahwa bertemu dengan orang yang sama-sama sedang “berjuang” justru menambahkan semangat tersendiri. Kami bahkan kerap saling membantu kesulitan satu sama lain ketika bertemu.
Bagaimanapun, di balik semua hal yang berat, kamu pasti akan menemukan makna yang luar biasa. Aku bisa merasa bangga dan hebat atas segala perjuanganku. Begitulah aku. Lagipula, hal berat itu akan terasa lebih mudah jika kamu melakukannya dengan senang hati. Yah, walaupun pada awalnya aku merasa kalau aku ‘terpaksa keadaan’ untuk berperan sebagai orang muda multitasking, nyatanya aku tetap bisa menikmati semuanya. Toh, bekerja sambil kuliah merupakan keputusan mutlak ku untuk bisa mencapai keinginanku.
Buat kamu orang muda yang sedang berjuang mengejar keinginan–ataupun sedang dipaksa oleh keadaan–jangan menyerah, yah. Multitasking bukanlah hal yang buruk. Jika kamu merasa lelah, tidak apa-apa. Beristirahat terlebih dahulu adalah jawabannya. Tapi, kamu harus selalu berpegang teguh pada keinginan yang selalu kamu semoga-kan. Selamat merayakan menjadi orang muda untukmu yang sedang berjuang!