4 Puisi Pilihan Pamflet

Cover_4 Puisi Pilihan Pamflet

Mengarang itu gampang, tapi tidak untuk menyembunyikan perasaan. Maka berpuisilah, agar kamu dapat mengerti akan segala arti dari ungkapan.

Sembilan belas tahun sudah seisi dunia mengakui bahwa puisi memiliki peran penting untuk kehidupan, kemanusiaan, dan perasaan. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO menetapkan tanggal 21 Maret di setiap tahunnya sebagai Hari Puisi Dunia atau World Poetry Day bukan untuk selebrasi biasa. Namun untuk menegaskan kembali makna kemanusiaan melalui ragam linguistik dengan ekspresi yang puitis. Tentunya perayaan ini juga tak terlepas dari sejarah lahirnya puisi dari masa sebelum masehi yang melibatkan seni dan musik.

Kali ini, mari kita rayakan Hari Puisi Dunia dengan menikmati puisi-puisi menarik nan unik pilihan personil Pamflet.

 

Puisi pilihan Akbar Restu, Tim Program Pamflet

Sajak Sebatang Lisong – W. S. Rendra

Menurut Akbar, ini puisi pertama yang mampu membuat ia bergetar. Perasaan campur aduk antara marah, malu, dan merasa bodoh, ketika mendengar seniornya membacakan puisi ini di masa orientasi mahasiswa. Hingga sekarang pun, ketika ia membaca ulang puisi tersebut, getaran itu masih ada. Adapun penggalan yang masih sangat ia ingat adalah:

“Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.”

Sekarang kamu bisa baca puisi lengkapnya di perselancaran daring dengan kata kunci judul puisi berserta nama pengarangnya.

 

Puisi pilihan Vania, Tim Publikasi Pamflet

Kamu sudah pernah baca buku kumpulan puisi The Book of Questions karya Pablo Neruda? Buku kumpulan puisi yang diselesaikan penulis sebulan sebelum kematiannya ini banyak mengajukan pertanyaan yang memusingkan, lucu, dan juga mengganggu. Selain itu puisi-puisi Neruda tidak memiliki judul melainkan hanya diberi angka romawi. Keunikan itulah yang menarik perhatian Vania. Ada dua dari sekian banyak puisi Neruda yang ia sukai, yaitu:

“XVIII”

What is it that upsets the volcanoes

that spit fire, cold and rage?

Why wasn’t Christopher Columbus

able to discover Spain?

How many questions does a cat have?

Do tears not yet spilled

wait in small lakes?

Or are they invisible rivers

that run toward sadness?

 

“XLIV”

Where is the child I was,

still inside me or gone?

Does he know that I never loved him

and that he never loved me?

Why did we spend so much time ·

growing up only to separate?

Why did we both not die

when my childhood died?

And why does my skeleton pursue me

if my soul has fallen away?

 

Puisi pilihan Amrie, Koordinator Umum Pamflet

Puisi dan lirik lagu sama-sama merupakan karya sastra yang diciptakan berdasarkan imajinasi dan dan khayalan seseorang untuk mengungkapkan isi kepala dan hati pengarang. Jadi jangan heran jika kamu menemukan lirik lagu kesukaanmu yang tanpa disadari begitu puitis nan romantis, atau bahkan secara sadar kamu merasa “ini  liriknya kaya hidupku banget”.

Seperti lagunya Glen Hansard yang berjudul My Little Ruin tentang ketidaksempurnaan seseorang. Penyusunan rima yang mempengaruhi makna dari lagu ini terkesan sama dengan hidup Amrie. Berikut liriknya:

 

Come on, my little ruin
Won’t you open up and let us in
Time has not been kind
But you’re still standing here
Leave a light on in your window
Won’t you let me see a sign
It’s gonna take more than smoke
And mirrors now for me this time

Come on, my little sorrow
Won’t you sing yourself a different song
The melody that made you
Is now a worn out sing along
Every body’s looking at you
But I can’t stand to watch
I’ve seen this scene come and go too much

And oh, how you struggle through the hours
With your sorrow leading the way
And as you stood there among the cowards
You were letting them win

But I’m not gonna stand aside
And watch them tear you up

No, I’m not
‘Cause you’re better than they are
And I can’t say it enough

That’s enough
What are you doing

Come on, my little ruin
Won’t you build yourself back up again
Won’t you take the time you were given
You promised it to yourself
You could stand among the best of them
If you could hold your own
But no one’s gonna do it for you now
But you and you alone

And oh, how you struggle with your power
And keep your back tight to the wall
And as you were counted among the cowards
They didn’t see you at all

Now you’re caught on a rising wave
And I can’t get you off
But I’m not gonna stand aside
And watch them tear you up

No, I’m not
‘Cause you’re better than they are
You’re better than they are
You’re better than they are
You’re better than they are
And I can’t say it enough

That’s enough
What are you doing

Come on, my little ruin
Won’t you tell me where the feeling’s gone
There’s nothing lost between us
You can come back anytime you want

 

Puisi pilihan Ayunita, Tim Program Pamflet

Kumpulan puisi visual atau puisi konkret karya Guillaume Apollinaire yang berjudul Calligramme: Poems of Peace and War 1913-1916 menjadi pilihan Ayunita. Menurutnya, puisi-puisi konkret Apollinaire sangat mempengaruhi Ayunita untuk menyatukan dunia mimpinya dengan kenyataan.

Berikut salah satu puisi konkret yang menjadi favorite Ayunita:

Guillaume Apollinaire -Calligramme

Di bagian topi terdapat tulisan “cette adorable personne c’est toi” yang artinya orang yang menawan ini adalah kamu. Lalu di bagian kiri baju ada tulisan “c’est ton Coeur qui bar” yang berarti “inilah jantungmu yang berdegup”

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content