6 Film Alternatif tentang Peristiwa 1965

Cover_6 Film Alternatif tentang Peristiwa 1965

Akhir September lalu Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahkan jajarannya dan mengimbau masyarakat untuk menyetel kembali film Pengkhianatan G-30 S/PKI. Alasannya, supaya generasi muda belajar sejarah bangsanya. Sebetulnya, film yang disponsori oleh pemerintahan Orde Baru itu bukanlah sumber tunggal untuk mengetahui lapisan-lapisan kebenaran tentang kejadian sejarah di masa 1965 dan setelahnya, lho. Pamflet punya daftar film terkait kejadian itu yang bisa kalian tonton sebagai sarana memahami sejarah. Kalau ingin tahu lebih lanjut, baca daftar film di bawah ini yuk.

 

Shadow Play: Indonesia’s Year of Living Dangerously (2003)

Sudut pandang penyintas dan keluarga penyintas penangkapan dan pembunuhan setelah kejadian 1965 ditampilkan di Shadow Play. Termasuk seorang dokter bernama dr. Sumiyarsi, mantan tahanan politik, dan Joyo Santoso, adik kandung Ibnoe Santoro yang dieksekusi dan dibuang ke sebuah lubang di Klaten karena ikut organisasi perhimpunan sarjana.

Berbeda dengan Pengkhianatan G-30 S/PKI yang berpusat pada pembunuhan jenderal yang dinilai sebagai upaya kudeta, Shadow Play memasukkan unsur geopolitik masa itu, yakni situasi perang dingin yang melibatkan blok barat dan blok timur. Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat diduga mengetahui secara penuh adanya pembantaian massal di Indonesia setelah Gerakan 30 September 1965 pecah. Namun karena diduga memiliki kepentingan dalam kejatuhan rezim Soekarno, Amerika Serikat tidak berbicara banyak soal kejadian mengerikan itu.

 

Jembatan Bacem (2012)

Lho, namanya kok terdengar seperti makanan khas Jawa Tengah? Benar, kamu tak salah duga. Nama jembatan ini memang Jembatan Bacem dan letaknya di Solo, Jawa Tengah. Sedang, sungai yang mengalir di bawahnya adalah sungai Bengawan Solo yang terkenal itu. Mungkin terdengar lucu ya, tapi sebenarnya ada apa sih di jembatan itu hingga dijadikan nama film?

Ternyata, lima puluh tahun lalu ada kejadian tragis yang disaksikan jembatan tersebut, yakni pembunuhan dan pembuangan mayat terduga anggota PKI. Tubuh mereka dibuang ke sungai terbesar di Jawa Tengah itu. Cerita ini dituturkan oleh seorang korban salah tangkap yang selamat dari pembunuhan itu. Jembatan Bacem ini bisa membuka pengetahuan bahwa sebenarnya banyak tempat-tempat di Indonesia yang menjadi saksi bisu sejarah pembantaian yang ditotal mencapai ratusan ribu orang.

 

Plantungan (2011)

para tahanan perempuan berpose setelah merayakan hari kartini di plantungan. dokumentasi pipit ambarmirah

Di film Plantungan kita akan diajak menjelajah ke sebuah bekas penjara khusus perempuan yang diasingkan karena diduga terlibat dan mengetahui adanya gerakan 30 September 1965. Terletak di perbatasan antara Kabupaten Batang dan Kendal, Jawa Tengah, penjara Plantungan menampung sekira 500 tahanan politik perempuan. Mereka harus bertahan hidup selama bertahun-tahun di tempat yang dulunya bekas rumah sakit bagi penderita lepra yang diisolasi padaa masa pendudukan Belanda itu.

Dalam film dokumenter ini mantan tapol perempuan yang kebanyakan sudah berusia lanjut napak tilas ke Plantungan. Perjalanan ini mengingatkan mereka bahwa dulu para tahanan pernah mengalami kekerasan fisik, psikologis bahkan seksual dari tentara dan petugas penjara.

Karena propaganda Orba yang lekat di benak masyarakat, awalnya, para tahanan dianggap sebagai orang-orang yang kejam. Namun, setelah banyak berkontribusi dan membantu masyarakat sekitar, sebagai tenaga kesehatan, bidan dan dokter serta lewat keahlian yang mereka miliki, perlahan pandangan masyarakat pun berubah. Sayangnya, meskipun sudah bebas stigma itu tetap melekat pada mereka.

 

Pulau Buru Tanah Air Beta (2016)

Pulau Buru Tanah Air Beta

Kalau kamu pernah baca Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya Pramoedya Ananta Toer, pasti tahu bahwa ia pernah diasingkan ke Pulau Buru. Seperti Pram, Hersri Setiyawan yang jadi tokoh sentral di film ini juga pernah ditahan di pulau ketiga terbesar Maluku itu. Hersri dulunya sastrawan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA).

Lewat film dokumenter ini kita bisa menyaksikan potongan sejarah kehidupan para tahanan politik lewat perjalanan Hersri dan kawannya Tedyabayu Sudjojono waktu kembali ke Pulau Buru setelah lebih dari tiga dekade dibebaskan. Hersri turut mengajak anaknya yang ingin tahu lebih jelas sejarah ayahnya selama diasingkan. Perjalanan itu membuka ingatan bahwa selama di Pulau Buru para tahanan mengalami kerja paksa dan hidup dalam keadaan yang sulit. Pulau Buru Tanah Air Beta bisa menjadi pemantik bagi anak muda untuk mempertanyakan sejarah bangsanya.

 

Jagal, The Act of Killing (2012)

The Act of Killing

Jagal berpusat pada pengalaman sejumlah orang yang kala 1965-1966 dipercaya militer menghilangkan nyawa mereka yang dianggap berafiliasi dengan PKI. Mereka bahkan bersedia melakukan reka adegan dan visualisasi pembunuhan. Dari titik ini, kita bisa melihat alam pikiran para penjagal yang sebenarnya tak mengetahui duduk perkara yang terjadi secara jelas, namun berusaha sekuat mungkin menyalurkan kemarahannya pada terduga anggota PKI.

Meski sering kali disebut tindakan spontan warga di berbagai daerah, kita bisa menilai dari penuturan para penjagal bahwa penculikan dan pembunuhan itu sudah direncanakan. Sejak kemunculannya, pembicaraan soal pembantaian massal di Indonesia semakin sering terdengar, walaupun memang pemutaran Jagal masih terbatas jika dibandingkan dengan Pengkhianatan G30S/PKI.

 

Senyap, The Look of Silence (2014)

The-Look-of-Silence

Digarap oleh sutradara yang sama dengan Jagal, kali ini Senyap mengambil sudut pandang dari sisi keluarga korban. Seorang adik yang kakak kandungnya menjadi korban pembantaian 1965, memecah kesunyian dengan bertandang ke beberapa pelaku pembunuhan dan menanyakan perihal kejadian tersebut. Bertahun-tahun setelah pengalaman menyakitkan itu keluarga korban dan pelaku pembunuhan tinggal di lingkungan yang sama tanpa pernah membicarakannya secara terbuka.

Meski Senyap memenangkan berbagai penghargaan dan dinominasikan dalam Oscar, pemutaran filmnya di Indonesia biasanya terbatas dan belum pernah digelar untuk publik seperti nonton bareng di pusat-pusat keramaian. Lewat Senyap anak muda bisa mulai mempertanyakan mengapa kesenyapan justru terjadi ketika banyak orang yang tidak pernah diadili atau tahu apa salahnya justru dihilangkan nyawanya.

Jadi, apakah kamu sudah menonton salah satu film alternatif di atas?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content