Film-Film yang Membantumu Berpikir Ulang tentang Diskriminasi

Cover_Film-Film yang Membantumu Berpikir Ulang tentang Diskriminasi

Diskriminasi atau pembedaan perlakuan terhadap seseorang sudah lama ada di muka bumi dan sering kali muncul dalam berbagai rupa. Kali ini Pamflet merekomendasikan beberapa film yang mengandung diskriminasi agar kita sama-sama belajar mengenai bentuk-bentuk diskriminasi yang bisa muncul di kehidupan kita sehari-hari dan bagaimana untuk tidak menjadi orang yang diskriminatif dan diam saja melihat ketidakadilan. Penasaran apa saja filmnya? Berikut daftarnya.

Schindler’s List (1993)

Film yang, berdasarkan pemikiran subjektif, harus ditonton setidaknya sekali seumur hidup. Film hitam putih yang menjadi film terbaik Oscar tahun 1994 ini menceritakan seorang pebisnis baik hati yang diperankan oleh Liam Neeson, sebelum dia jadi seorang ayah protektif di seri film Taken (hehehe). Berlatar belakang Perang Dunia II yang terjadi di tahun 1945, film ini berhasil mengiris hati dan membuat saya gak bisa tidur nyenyak serta kehilangan semangat hidup seminggu penuh lantaran penggambaran kekejian Nazi pada keturunan Yahudi Polandia. Selain cerita yang epik, dan menyedihkan secara kurang ajar, musik garapan John Williams untuk film ini juga kadang membuat dengkul lemas. Kalau kamu penggemar olah raga Ice Skating, pasti kamu tahu atlet Rusia bernama Yulia Lipnitskaya yang menggunakan musik yang sama untuk menghidupkan kembali anak kecil berbaju merah, yang tampil sekilas di film ini, di atas es.

The Karate Kid (2010)

Meski film ini telah dibuat ulang dari The Karate Kid di tahun 1984, namun film ini gak mengurangi inti dari pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Dre Parker oleh Jaden Smith dan Sherry Parker oleh Taraji. P. Henson dari Detroit, Amerika Serikat harus pindah ke Beijing, China karena tuntutan pekerjaan. Dre Parker yang berkulit hitam dan masih berumur belasan tahun harus mengalami dan merasakan perilaku yang gak menyenangkan, terutama dari salah satu geng di sekolah barunya. Saya sebagai pecinta seni dan budaya melihat kalo film ini semakin menguatkan tentang percampuran dua budaya itu bisa terjadi dan dapat mempengaruhi identitas —seseorang. Apalagi di masa poskolonial atau seperti masa sekarang a.k.a gaya hidup modern. Selain itu, jelas sekali kalo The Karate Kid bisa menjadi motivasi untuk saling mencintai dan menghargai, tulus dalam bersahabat, menguatkan diri, menempatkan diri, serta mengelola rasa takut. Pada pesan yang lain, kalo beladiri (dalam film ini sama dengan karate) adalah seni yang menyehatkan untuk metabolisme tubuh dengan gerakan olahraga.

Green Book (2018)

Buat saya, Green Book adalah film yang mengangkat permasalahan rasial dengan sangat menawan karena berhasil mengemas pandangan orang-orang rasis, ketimpangan sosial ekonomi, dan hidup yang tidak adil. Film yang bercerita mengenai perjalanan Don Shirley (Mahershala Ali), komponis keturunan Jamaika yang mengadakan tur di beberapa negara bagian di selatan Amerika Serikat bersama Si sopir Tony Vallelonga (Viggo Mortensen) yang awalnya juga berpandangan rasis terhadap orang kulit hitam. Tenang, film ini bukan hanya tentang kisah persahabatan yang terbangun saat mereka dalam perjalan, Green Book membuat kita paham konteks sejarah rasialisme di Amerika dan juga berisi banyak hal yang bisa kita pelajari, terutama dalam menerima perbedaan. Tidak heran film ini meraih penghargaan Film Terbaik Piala Oscar tahun 2019.

Life is Beautiful (1997)

Kekejaman Nazi terhadap etnis Yahudi yang juga terjadi di Italia berusaha dihadirkan dalam film yang berjudul asli La vita è bella ini. Film ini bercerita tentang seorang ayah bernama Guido Orefice yang dengan cara uniknya ingin menolong keluarga yang sangat dicintainya di kamp konsentrasi Nazi. Kekonyolan dan tingkah lucu Guido selalu ia tampilkan kepada Giosue, anaknya yang masih berusia 4 tahun, agar hari-hari yang mereka jalani tidak terlalu buruk sekaligus untuk menyelamatkan nyawa Giosue. Justru kontras inilah yang membuat saya semakin sedih dan membayangkan betapa buruknya perlakuan Nazi terhadap orang dengan etnis lain yang sebenarnya sama-sama manusia. Tidak salah kalau Academy Awards tahun 1999 memberikan penghargaan kepada Life is Beautiful sebagai film berbahasa asing terbaik.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content