Film Alternatif untuk Melewati Hari Valentine

Cover_Film Alternatif untuk Melewati Hari Valentine

Hari Valentine, seperti beberapa peringatan lain di Indonesia, selalu menimbulkan perdebatan. Ada yang menolak karena menganggapnya haram, ada juga yang merayakannya untuk menunjukan kasih sayang antar sesama. Perdebatan ini terus terjadi setiap tahun. Sayangnya, tidak pernah ada hasil yang mencerahkan. Tidak berbeda dengan perdebatan setiap 11 April tentang penting atau tidaknya merayakan Hari Kartini menggunakan kebaya.

Nah, dari pada ikut-ikutan memanaskan linimasa, yang semakin panas menjelang tahun politik. Lebih baik kamu melewati hari kasih sayang dengan menonton film dengan tema cinta yang tidak biasa. Pamflet punya daftar film menarik, yang tidak hanya bisa membuat kamu tertawa, tapi juga merenung dan menitikan air mata. Mau tahu? Langsung saja!

 

Tanda Tanya (2011)

“Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini, tapi hidup di jalan setapaknya masing-masing. Semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama. Mencari suatu hal yang sama, dengan tujuan yang sama. Yaitu: TUHAN” – Rika

Film ini bercerita tentang konflik sosial yang kerap terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Gesekan antar masyarakat lokal dengan keturunan China, perbedaan pandangan penganut agama, serta perasaan paling benar sendiri adalah akar dari segala persoalan.

Meskipun terdapat beragam konflik, tapi tenang saja, film ini bukan tipe film yang sok mengajarkan kamu tentang bagaimana hidup bertoleransi. Film ini hanya menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia yang sebenarnya, yang akan membuat kamu merenung dan memikirkan kembali hakikat cinta sesama umat manusia.

 

The Lobster (2015)

“You can be alone here as long as you like, there is no time limit. Any romantic or sexual relationship are punished” – Loner Leader

Film ini berlatarkan dunia distopia, di mana seorang jomblo (Loner) akan digiring menuju sebuah hotel dan diwajibkan mendapatkan pasangan dalam waktu 45 hari. Seorang jomblo diberikan dua pilihan bebas dalam menentukan orientasi seksualnya, yaitu masuk ke pintu heteroseksual atau homoseksual.

Sampai sini masih biasa aja? Yang membuat tidak biasa adalah, jika seorang loner gagal mendapat pasangan, maka ia akan diubah mejadi seekor hewan, jenisnya bebas. Ia boleh menentukan sendiri akan diubah menjadi hewan apa.

Ironi adalah kekuatan utama dari The Lobster, di satu sisi pemerintah ingin membuktikan bahwa orang tak bisa hidup sendiri, sementara jomblo ingin membuktikan sebaliknya. Perbedaan pandangan ini bahkan sampai membuat pemerintah, yang direpresentasikan pengelola hotel, memburu jomblo yang bebas, menembak dengan peluru bius dan memaksa jomblo untuk tunduk pada sistem yang ada.

Analogi dunia nyata yang diceritakan dengan satir, memuat film ini berbeda dengan kebanyakan film bertema cinta lainnya. Selain akan mengocok perut kita, film ini juga menyentil pemahaman kita terkait tuntutan kehidupan hari ini, di mana kesendirian selalu diasosiasikan dengan perasaan nestapa dan menderita.

 

Her (2013)

“I think anybody who falls in love is a freak. It’s a crazy thing to do. It’s kind of like a form of socially acceptable insanity” – Amy

Film ini bercerita tentang hubungan antara manusia dengan artificial intelligence (AI), sebuah sistem operasi komputer mutakhir. Mengambil setting masa depan, dengan teknologi yang sangat pesat, film ini berfokus pada hidup seorang pembuat surat cinta yang ahli merangkai kata, namun gagal dalam percintaan yang dibangun dengan wanita masa kecilnya.

Kegagalan tersebut membuatnya bertemu dengan sebuah operating system yang sanggup merespon, mendengarkan, dan berinteraksi layaknya manusia, hingga membuatnya jatuh cinta. Hubungan percintaan inilah yang akhirnya menimbulkan konflik, baik di antara mereka, ataupun di kalangan masyarakat.

Her secara sukses memberikan gambaran terhadap kisah cinta antara mausia dengan sebuah benda. Mungkin kamu akan berpikir film ini aneh, tapi perlu kamu ketahui, bukankah sekarang banyak orang yang juga jatuh cinta dengan benda mati? Sehingga apa yang disajikan oleh film ini sebenarnya sangat dekat dan nyata dengan kehidupan sehari-hari kita.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content