Distopia a la Isekai dan Kesehatan Mental Wibu

Screen Shot 2022-09-26 at 3.57.38 PM

Peringatan: Tulisan ini mengandung muatan bunuh diri

Halo, sobat muda! Pernah dengar soal berita kasus bunuh diri seorang muda di suatu pusat perbelanjaan tahun 2021 silam? Orang muda ini berinisial RAS, seorang wibu atau pegiat aktif budaya populer Jepang. Berita ini kemudian tersebar luas di berbagai kanal media sosial, khususnya Facebook, di mana ditemukan kalau status-status Facebooknya ternyata membicarakan tentang kematian dan bunuh diri. Komunitas Wibu di Facebook pun terdampak ketika menemukan fakta ini.

Hidup memang berat. Semua manusia mempunyai beban kehidupannya masing-masing dan Komunitas Wibu bukanlah pengecualian. Mengingat bahwa sebagian besar wibu merupakan introvert dan kesulitan bersosialisasi, mereka tergolong rentan dikucilkan dan menyendiri. Banyak yang kemudian melakukan pelarian dengan menghibur diri mereka dengan membaca manga, light novel, bermain game, dan menonton anime. Salah satu genre yang cukup populer bagi komunitas wibu adalah genre Isekai.

Isekai bisa diartikan sebagai “Dunia Lain”. Ia merupakan subgenre dari genre Fantasy tentang seseorang–dari dunia kita sekarang–yang memasuki dunia fantasi lain. “Perpindahan” ini bisa terjadi melalui reinkarnasi menjadi bayi, teleportasi ke dunia lain, masuk ke dalam dunia virtual, dan sebagainya. Dari berbagai contoh tersebut, terdapat kesamaan dimana pemeran utamanya pergi meninggalkan dunia tempat dia lahir dan berpetualang ke dalam dunia barunya.

Lalu, apa hubungannya dengan kasus bunuh diri tersebut dengan genre Isekai? Keterkaitan keduanya terlihat dari rekam jejak Facebook RAS yang kala itu berusia 16 tahun. Selain kerap membagikan konten anime, foto profil RAS merupakan pemeran utama dalam anime Kuma Kuma Kuma Bear.  Ia jelas mengetahui adanya genre Isekai tersebut.

Mungkin banyak yang sepakat kalau orang-orang yang menyukai anime adalah orang yang melarikan diri dari dunia nyata. Entah karena kurang suka bergaul atau mempunyai masalah-masalah hidup seperti menghadapi perundungan, sehingga membutuhkan escapism. Walau kita tidak akan benar-benar tahu pasti alasan RAS mengakhiri hidupnya, saya sangat berharap bahwa alasannya tidak dipengaruhi oleh Isekai. 

Yang lebih nyata terlihat dari kejadian ini dan kepopuleran genre Isekai adalah terdapat permasalahan kesehatan mental yang dialami banyak orang. Menurut studi terkait Isekai dan masyarakat Jepang, komunitas wibu melihat genre Isekai ini sebagai pelarian yang tepat. Kehidupan dalam Isekai sangat berbanding terbalik dengan kehidupan mereka sekarang yang cenderung dipenuhi hiruk-pikuk pekerjaan yang membuat stress, masalah keluarga, permasalahan kesehatan mental, dll. Tak heran jika Isekai yang berangkat sebagai sebuah subgenre belaka sekarang berkembang dengan pesat, menjawab kebutuhan orang-orang untuk “melarikan diri”. 

Namun, kesehatan mental masih menjadi sebuah hal yang disepelekan. Remaja dan orang muda berada di kelompok usia yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena ketidakstabilan emosi, belum berkembangnya otak secara penuh, dan ragam pengalaman baru. Kondisi ini bisa diperparah kurangnya pengetahuan terkait kesehatan mental dan support system dalam lingkungan sekitar yang kurang memadai. 

Lahirnya istilah “ras Wibu adalah ras terkuat” bukanlah tanpa alasan. Mereka sudah tahu dengan takdir “sepi” yang akan mereka alami, tapi tetap memilih jalan ninja ini dan bertahan sebagai ras Wibu. Walaupun lebih rentan dikucilkan dan tidak diterima karena segmen peminat yang cenderung kecil dibandingkan dengan hobi dan ketertarikan lain, mereka tetap tegar menjalani hidup. 

Pada akhirnya, tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan betapa pentingnya kesehatan mental, terlebih di tengah bulan September yang kerap diperingati sebagai Suicide Prevention Month ini. Walau seseorang terlihat baik-baik saja, kita tidak benar-benar tahu jika ada kondisi mental yang begitu memberatkan hari-harinya dari dalam. Oleh karena itu, saya berharap bahwa kita sebagai sesama anggota komunitas Wibu bisa menjadi support system untuk satu sama lain dengan saling peka. Jika ada teman terdekat ataupun teman online yang mulai memperlihatkan gejala-gejala menurunnya kesehatan mental, kita sebaiknya menghubungi dan menawarkan bantuan semampunya.  Mari kembali menjadi ras Wibu yang budiman dan peduli dengan komunitas Wibu yang kita cintai ini. 

Referensi

Abdurrahman, N. (2021). ‘Remaja 16 Tahun Tewas setelah Loncat dari Lantai 12 Mal, Diduga Bunuh Diri, Ini Kata Saksi’. Tribun News. Diakses melalui: https://m.tribunnews.com/amp/regional/2021/06/02/remaja-16-tahun-tewas-setelah-loncat-dari-lantai-12-mal-diduga-bunuh-diri-ini-kata-saksi 

‘Upload Postingan Bunuh Diri, Ternyata Bunuh Diri Betulan!’ (2021). Kaskus News. Diakses melalui: https://kask.us/iJoh2

Lu, C. (2020). ‘The Darker Sides of the Isekai Genre: An Examination of the Power of Anime and Manga Power of Anime and Manga’. The University of San Francisco. Diakses melalui: https://repository.usfca.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2190&context=capstone 

Kaligis, F. (2021). ‘Riset: usia 16-24 tahun adalah periode kritis untuk kesehatan mental remaja dan anak muda Indonesia’. The Conversation. Diakses melalui: https://theconversation.com/riset-usia-16-24-tahun-adalah-periode-kritis-untuk-kesehatan-mental-remaja-dan-anak-muda-indonesia-169658 

Visual artikel diolah dari gambar Quora

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content