Aku dan Idolaku: Antara Ada dan Tiada

Parasosial Relationship

TRIGGER WARNING

Peringatan: Artikel ini mengandung muatan penguntitan, depresi, dan bunuh diri

Bulan Februari disebut juga sebagai bulan kasih sayang atau cinta karena adanya perayaan Hari Valentine. Setelah melewati perayaan Hari Valentine yang dipenuhi dengan ekspresi kasih sayang antara dua individu, rasanya perlu untuk mengingat kembali kalau hubungan orang-orang di sekitar kita begitu beragam. Ada, lho, hubungan yang tidak melulu terjalin antara dua sisi. Hubungan ini terbentuk dari satu sisi saja melewati sebuah media. Inilah yang disebut dengan parasocial relationship.

Parasocial Relationship adalah sebuah hubungan psikologis yang dialami oleh audiens pengguna media dengan pemain atau pelaku dalam suatu media massa atau platform daring yang mereka kagumi. Pengguna media tersebut dapat membentuk hubungan parasosial ini dengan selebriti, idol, musisi, karakter fiksi dan animasi, bahkan influencer media sosial yang mereka temui melalui media massa. Lalu apa perbedaan parasocial relationship dengan cinta satu sisi? Perbedaannya adalah individu yang terjebak dalam hubungan parasosial ini tercipta hanya dari ilusi sebuah media yang mereka konsumsi seperti dari media sosial, TV, film, hingga live stream. Mereka menyukai idolanya hanya dari tampilan media tersebut saja.

Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini, interaksi dua arah antara seseorang dan idola mereka juga semakin mudah dihadirkan. Meskipun begitu, interaksi ini tetap sekadar berpusat pada penggunaan media seperti streamer dengan live chat ataupun melalui akun sosial media idola masing-masing. Salah satu kondisi lain dalam hubungan parasosial adalah bagaimana idola biasanya tidak mengetahui keberadaan penggemar mereka secara personal. 

Hubungan antara public figure dan penggemar ini sebenarnya merupakan hubungan dengan simbiosis mutualisme alias saling menguntungkan. Idola tersebut mendapatkan keuntungan berupa engagement di internet ataupun mendapatkan dukungan followers. Sementara, para penggemar mendapatkan kesenangan dari berbagai hal yang diberikan oleh idola mereka; entah seperti tontonan baru hingga fanservice berupa bertemu langsung. Ada beberapa penggemar yang merasa hidupnya tertolong dan lebih bahagia berkat melihat idolanya seperti penggemar Kpop ketika melihat grup BTS dan ‘Ras Terkuat Wibu’ ketika menonton Vtuber di kanal Youtubenya. Akan tetapi, yang berbahaya dari salah satu sisi industri entertainment ini adalah sang public figure sangat menginginkan fans2nya untuk menjadi parasocial relationship, dengan adanya mereka maka industri entertainment ini pun akan mendapatkan keuntungan yg besar.

Di sisi lain, hubungan yang seharusnya sama-sama menguntungkan ini bisa jadi berbahaya. Ketika para penggemar sudah membeli merchandise, mendonasikan uangnya kepada idolanya, ataupun mendedikasikan waktu dan tenaga untuk mendukung sang idola; kadang muncul pemikiran bahwa idola mereka merupakan milik mereka. Mereka merasa memiliki kepemilikan atas idola mereka yang sebenarnya merupakan manusia yang mempunyai kehidupannya sendiri. Rasa suka bisa membuat penggemar ingin mengetahui segala hal mengenai idola mereka dan terobsesi dengan kehidupan pribadi dari idolanya sendiri–dari kabar mereka setiap hari hingga ke hubungan pribadi para idola. Lantas, kehidupan pribadi idola terkadang menjadi terganggu. 

Dalam kasus paling ekstrim, misalnya, penggemar bisa menguntit atau melakukan stalking di kehidupan nyata. Di kasus lain, penggemar juga bisa melakukan doxxing atau membeberkan informasi mengenai kehidupan pribadi idola tersebut. Ketika penggemar sudah masuk ke dalam ranah kehidupan pribadi idolanya, maka sudah tidak ada lagi batasan antara media dan jarak, mereka dapat melakukan hal yang buruk kepada idolanya hanya dikarenakan mereka tidak suka dengan kehidupan pribadinya. Bahkan,  terdapat penggemar yang sampai bunuh diri dikarenakan idola mereka ternyata sudah mempunyai pasangan. 

Keburukan dari parasocial relationship ini juga tidak berpengaruh kepada penggemar saja, akan tetapi dapat berpengaruh kepada sang idola. Mereka akan merasa tidak aman terhadap penggemar yang mungkin akan melakukan sesuatu kepadanya ataupun kepada karirnya jika tidak menyenangkan individu tersebut. Seorang idola akan terus merasa cemas dengan setiap hal yang mereka lakukan, baik di media sosial baik ataupun di kehidupan pribadinya, hingga akhirnya bisa berakhir dengan gangguan mental seperti depresi berlebihan atau lebih buruknya bisa berujung kepada bunuh diri.

Parasocial relationship juga terkadang dapat membuat para penggemar  lupa dengan kehidupan nyata. Seorang penggemar bisa terlalu mendedikasikan diri terhadap idolanya dan  mengabaikan kehidupan pribadinya.. Dari aspek finansial, misalnya, uang yang seharusnya digunakan untuk keperluan pribadi ataupun keluarga bisa habis dengan membeli merchandise ataupun donasi kepada idolanya. Tidak jarang orang yang terkena hubungan ini membuat mereka buta dengan hal sekelilingnya dan bereaksi berlebihan ketika idolanya dihujat.

Perlu ditekankan lagi, hubungan parasosial tidaklah selalu buruk. Tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan ini sering membuat penggemar bahagia, mendapat motivasi, hingga mendapatkan tujuan hidup baru dari orang yang mereka sukai tersebut. Dengan menonton atau bersosialisasi dengan idolanya, kondisi mental dan kehidupan seorang penggemar terkadang sangat terbantu. Selain itu, hubungan parasosial yang sehat merupakan faktor penting dari kesuksesan dan keberlanjutan industri entertainment. Pengalaman unik yang diterima oleh fans serta idola anda yang melanjutkan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh membuat hubungan saling menguntungkan ini akan tetap berjalan dengan baik.

Namun, garis tengah antara hubungan parasosial yang sehat dan tidak sehat perlu menjadi perhatian. Jika seorang penggemar mulai tenggelam lebih dalam, menginginkan hubungan parasosial ini menjadi lebih nyata, dan membuat hidup anda menjadi ketergantungan, maka hubungan parasosial tersebut sudah tidak sehat. Jika seorang penggemar mulai berpikir bahwa hubungannya dengan sang idola bisa menggantikan hubungan dengan teman atau malah sebagai pasangan hidup, di saat itulah ia sudah harus menurunkan ekspektasi tersebut sebelum terlambat. Jasa PBN

Referensi: 

Riantrisnanto R. (2016). ‘Ditusuk Fans Pria 20 Kali, Idola Jepang Mayu Tomita Kritis’. Liputan6. Diakses melalui: https://www.liputan6.com/showbiz/read/2513368/ditusuk-fans-pria-20-kali-idola-jepang-mayu-tomita-kritis 

Amos A. (2022). ‘NIJISANJI files legal action against VTuber harassers and stalkers’. Dexerto. Diakses melalui: https://www.dexerto.com/entertainment/nijisanji-legal-action-vtuber-harassers-stalkers-1959697/ 

Kurtin, Kate S., Roy D., Dam L. (2018). ‘The Development of Parasocial Relationships on YouTube’. The Journal of Social Media in Society. Diakses melalui: Jasa Backlink Terbaik https://www.thejsms.org/index.php/JSMS/article/download/304/160/1493

Tan Y. (2022). More Attached, Less Stressed: Viewers’ Parasocial Attachment to Virtual Youtubers and Its Influence on the Stress of Viewers During the COVID-19 Pandemic. Diakses melalui: https://www.shs-conferences.org/articles/shsconf/pdf/2023/04/shsconf_sdmc2022_03012.pdf 

Depressed Nousagi. (2022). ‘Why Parasocialism is Worse for VTubers’. Youtube. Diakses melalui: https://youtu.be/XXQgv2i5v3g 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lain

Skip to content