Bicara tentang hak orang muda juga harus turut berbicara tentang hak hidup yang layak. Beberapa waktu ke belakang, Pamflet sebagai organisasi youth-led yang berfokus pada isu orang muda, sangat gelisah melihat keadaan krisis iklim yang membuat kualitas hidup semua orang terganggu. Peran orang muda untuk turut terlibat pada diskursus lingkungan menjadi penting, bukan hanya untuk memenuhi kuota namun juga karena kini hajat hidupnya yang dipertaruhkan.
Pada buletin kali ini, kami mencoba mengambil satu subtopik kecil dari isu lingkungan: bencana. Namun sialnya, bicara bencana seperti membuka kotak pandora yang memunculkan lebih banyak tanda tanya dan kegelisahan. Tidak hanya bertemu dengan bencana karena alam yang menjadi pemahaman kami selama ini, tetapi juga bencana-bencana buatan manusia yang terjadi di waktu dan tempat tidak terduga. Melalui proses inilah kami menyadari bahwa jarak antara orang muda dengan diskusi kebencanaan masih cukup besar. Padahal, sama seperti isu krisis iklim lainnya, orang muda akan menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak bencana.
Buletin ini tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi jawaban atas kegelisahan pembaca mengenai bencana. Alih-alih, membaca tulisan yang dirangkai pada “Bicara Bencana” ini mungkin akan membuatmu turut merasakan perjalanan Pamflet dalam memaknai ulang kata bencana. Bencana bukan hanya sekedar kejadian dan dampaknya, tetapi hasil diskusi kami dengan Ahmad Arif (Penulis/Jurnalis Bencana) dan teman-teman dari U-INSPIRE menunjukkan bahwa mitigasi risiko menjadi poin penting untuk selalu dibahas.
Perjalanan kami dengan kata bencana telah menguatkan komitmen Pamflet untuk memicu lebih banyak “keramaian” pada isu bencana dan isu lingkungan kedepannya. Semoga, tulisan ini juga dapat menggugahmu untuk turut menjaga “keramaian” yang sama di sekitarmu.
Selamat kembali memaknai kata bencana!
Buletin-Bicara-Bencana-Edisi-Agustus-2024-1.pdf (200 downloads )